<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
Siapa sih yang tidak tahu kisah Malinkundang dari ranah Minang?
Kisah tentang seorang anak yang durhaka kepada Ibunya.
Alkisah, hiduplah seorang ibu dengan anak lelakinya (Malin) yang mulai beranjak dewasa, karena kemiskinan yang begitu akrab menyapa mereka setiap hari, sang anak memilih untuk pergi merantau mengadu nasib.
Singkat cerita sang anak berhasil dalam perantauannya, ia berniat untukpulang kampung seraya membawa istri dan harta yang dimilikinya.
Sang ibu yang mendengar kabar anaknya akan pulang berharap harap cemas dan menunggu di tepi pantai, menunggu kapal- kapal bersandar di pantai, yang mungkin membawa anaknya pulang.
Akhirnya hari yang dinanti-nanti tiba, namun betapa terkejutnya sang ibu mendapati anaknya tidak lagi mengenal nya bahkan tidak mau mengakui bahwa ia adalah ibunya. Padahal tentu saja sang Ibu tahu ciri-ciri yang melekat pada anak kesayangannya. Rupanya sang anak malu mendapati ibunya dalam keadaan lusuh dan miskin.
Betapa sakit hati sang Ibu menerima kenyataan ini, kemudian terlontarlah sumpah yang ditujukan pada anaknya, konon dikarenakan sumpah sang Ibu akhirnya sang anak berubah menjadi kaku dan lama-lama menjadi batu dalam bentuk menyerupai manusia yang sedang bersujud di tanah.
Batu Malinkundang dapat kita jumpai di Pantai Air Manis (Aia Manih) di sebelah selatan kota Padang, Sumatera Barat, kira-kira berjarak 30 menit perjalanan darat dari kota Padang. Jika dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) banyak mobil yang bisa dicarter ke Pantai Aia Manih, mobil travel berjenis minibus yang cukup mewah dan nyaman.
Kembali ke pembahasan,
Pernahkah kita sadari barangkali Ibu kita pernah sakit hati terhadap sikap dan ucapan kita sejak kita masih kecil hingga dewasa?
Pernahkah terbersit di hati bahwa kita lebih pandai, lebih tahu dari Ibu kita hanya karena kita telah mengenyam pendidikan sarjana bahkan lebih, di banding Ibu kita yang (maaf) mungkin tidak pernah sekolah?
Pernahkah kita sadari betapa besar pengorbanan yang diberikan seorang Ibu hingga sepanjang masa?
Sedangkan Rasulullah Muhammad SAW ketika ditanya oleh umat, siapakah orang yang harus dihormati, Rasul menjawab, Ibumu… Ibumu…Ibumu…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H