Sejak runtuhnya dinasti Turki Utsmani (Ottoman) umat Islam kehilangan Labuhan kekuatan. Keruntuhan Turki Utsmani---yang diskenariokan oleh aliansi Imprealis Kristen-Zionis sebagai episode terpenting untuk mendepak umat Islam dari kekuatan dunia. (Muhammad Qutb, as-Shahwah la-Islamiyah)---betul-betul menjadi titik nadir sirnanya wibawa umat Islam di mata dunia.
Sudah tak terhitung lagi, tanpa bisa berbuat apa-apa, umat Islam disuguhkan serangkaian peristiwa pembantaian terhadap saudara-saudaranya oleh umat lain. Kita disuguhi pembantaian etnis Bosnia, Kosovo, Chechnya, Palestina, Ambon, Sambas, Rohingya, Uighur, sampai pembantaian di New Zealand baru-baru ini---yang menjadi trending topik dunia--- , tanpa ada reaksi kongkrit, kecuali mengecam dan mengelus dada.
Memang, sejak terjadinya as-Tsaurah al-Arabiyah al-Kubra (Revolusi Arab), umat Islam kehilangan urat penggerak ukhuwah karena mereka sudah terpecah ke dalam beberapa negara yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Sudah tidak ada komando yang mampu menyatukan suara Muslimin untuk membentak dan membuat ciut nyali para pembantai itu.
Rangkaian penindasan yang dialami oleh umat Islam di pelbagai belahan dunia adalah tamparan keras dan cibiran bahwa eksistensi umat Islam hanya tinggal bayang-bayang.Â
Para penindas sudah tidak percaya bahwa umat Islam masih memiliki kekuatan yang bisa diperhitungkan. Gaung solidaritas umat Islam bukan lagi gaung harimau, tetapi rengekan pelanduk.Â
Umumnya mereka lebih memikirkan diri, golongan dan bangsanya, daripada menyelamatkan saudara seagama dari penindasan dan pembantaian.Â
Hanya demi kepentingan diri, golongan dan bangsanya tanpa menyadari bahwa mereka adalah korban politik pecah belah (divine and rule) yang dilancarkan orang-orang yang tak rela melihat kaum Muslimin bersatu.
Hal tersebut sudah disampaikan Rasulullah saw. empat belas abad yang silam. Beliau saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengecilkan bumi untukku. Kemudian aku melihat sisi timur dan baratnya. Umatku akan menguasai bagian bumi yang dikecilkan itu. Allah memberiku dua perbendaharaan, yaitu merah (Persia) dan putih (Romawi). Untuk umatku aku telah memohon kepada Tuhan agar mereka tidak dibinasakan dengan setamerta dan tidak berada dalam kekuasaan musuh dari selain mereka yang kemudian merampas "telur" mereka (persatuan, kekuasaan atau kehormatan)" (Al-Ubay, Ikmal al-Muallim). Allah berfirman: "Hai Muhammad, jika Aku telah memutuskan sesuatu maka tidak bisa ditolak. Aku telah menentukan untuk tidak menghancurkan umatmu dengan serta-merta dan tidak berada dalam kekuasaan musuh, selain mereka yang merampas "telur" umatmu, walaupun musuh itu bersatu dari segala penjuru dunia, sehingga umatmu saling menghancurkan dan saling memenjarakan sesama mereka." (HR. Muslim).
Dalam hadis tersebut Rasulullah memberi warning(peringatan), bahwa meskipun musuh Islam di seluruh dunia bersatu, mereka takkan pernah bisa menguasai umat Islam kecuali jika kaum Muslim sudah terpecah-belah.Â
Sangat mudah kita menemukan bukti sejarah sabda keruntuhan umat ini. Contoh paling jelas, jatuhnya Bgahdad ke tangan Tartar pada abad VII Hijriyah. Kekalahan ini berawal dari konflik Sunni-Syiah.Â
Ketika kelompok Syiah tersingkir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Nashirudin Afandi (salah satu tokoh Syiah saat itu) mengundang Tartar untuk menyerang Baghdad. Konflik inilah yang menyebabkan jatuhnya Baghdad ke tangan Tar-tar.