"Suka-suka saya dong! Yang punya siapa? Yang mau siapa? Anda mau melarang saya?" mungkin seperti itulah di dalam benak seseorang jikalau diingatkan tentang suatu peraturan di suatu tempat. Seperti yang kita ketahui, bahwa wabah virus corona ini membawa dampak yang sangat besar terhadap beberapa sektor penting di Indonesia seperti ekonomi, sosial, pariwisata, dan lain sebagainya. Virus corona ini diketahui sangat cepat penyebarannya terutama di negeri kita ini.
Maka untuk menghambat penyebaran yang lebih luas, pemerintah mengeluarkan beberapa maklumat dan peraturan, seperti lockdown, social distancing, dan pemakaian masker setiap beraktivitas di luar ruangan. Maklumat dan peraturan Itu sendiri dibuat untuk masyarakat agar menghambat penyebaran virus corona dan sudah semestinya seluruh masyarakat mematuhi peraturan tersebut. Jika tidak mematuhinya, mungkin hanya diingatkan oleh yang berwenang, tetapi kenapa masih ada warga yang marah saat diingatkan?
Memang dalam hal pengabaian lockdown mungkin masih dalam pengecualian karena masih ada banyak masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan mengaharuskan aktivitas di luar ruangan, tetapi dengan tidak mengabaikan prosedur yang telah ditentukan dari pihak yang berwenang atau bahkan melawannya.
Dilansir dari beberapa media bahwa beberapa waktu yang lalu terdapat insiden penamparan seseorang terhadap perawat yang mengingatkan orang tersebut untuk memakai masker di daerah Semarang, Jawa Tengah. Bahkan, yang lebih parah adanya seorang purnawiran TNI yang menodongkan pisau kepada pihak kepolisian saat diingatkan untuk memakai masker. Hanya diingatkan untuk memakai masker dan itu pun merupakan hal yang sepele, tetapi dampak akan hal itu begitu besar saat ini.
Sebagai makhluk yang diberi oleh Allah SWT berupa akal pikiran dan juga insting yang membuat manusia dianggap sebagai makhluk yang istimewa dan sempurna di mata makhluk lain dengan tujuan agar selalu bebuat baik dimana saja ia berada. Jika memang ada seseorang yang mengingatkan tentang kesalahan, maka orang tersebut sudah melakukan hal terpuji, yaitu saling mengingatkan dan menasihati antara satu dengan yang lainnya dan itu juga harus menjadi pedoman bagi seluruh manusia yang ada di muka bumi ini.
Tetapi seperti beberapa insiden yang telah disebutkan sebelumnya, ini mengandung pertanyaan. Sebenarnya, mengapa harus marah saat diingatkan sampai-sampai harus memukul orang yang mengingatkan itu? Toh, jika diingatakan pasti dengan bahasa yang sopan, bukan?
Silakan marah jika diingatkan, tetapi kalau diingatkan untuk berbuat kejahatan dan keburukan karena itu adalah sebuah kesadaran agar selalu berbuat kebaikan. Yakinlah bahwa hal itu masih diperbolehkan asalkan tidak melampaui batas. Tetapi jika marah saat dinasihati untuk berbuat kebaikan atau bahkan melawannya, maka itu adalah masalah.
Jikalau seseorang marah hingga melawan saat diingatkan tentang kesalahan yang diperbuat, maka itu adalah sikap menyombongkan diri karena seakan-akan dirinyalah yang paling benar dan besar. Hal ini merupakan sesuatu yang dilarang dalam norma kehidupan dalam bermasyarakat dan juga merupakan sikap non-kooperatif antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Pertama, adalah sikap sombong. Sombong merupakan sikap suka meninggikan dirinya dan menganggap yang lain rendah. Memamerkan pangkat jabatan hingga kedudukan hanya untuk membuat orang takut dan takluk akan dirinya. Dalam islam, sikap sombong akan menyebabkan pelakunya terhalang untuk masuk kedalam surganya Allah SWT, karena Allah SWT sendiri tidak suka terhadap orang yang sombong. Dalam kehidupan dunia pula sombong dapat memicu seseorang dijauhi oleh kawan-kawannya dan juga hilangnya keberkahan dalam kehidupannya.
Kemudian, adapun sikap nonkooperatif. Apakah manusia hidup didunia ini hanyalah sendirian? Ya mungkin bagi hanya orang yang ingin hidup menyendiri. Lalu, bagaimana jika hidup berbaur dengan masyarakat yang lain? Maka kooperatif adalah hal yang penting untuk hidup bermasyarakat karena secara langsung hidup secara bermasyarakat. Kooperatif sendiri bermakna saling bekerja sama, saling pengertian antara satu dengan yang lainnya.
Ini merupakan salah satu kunci kebersamaan yang akan membuat sebuah simbiosis mutualisme antarsesama, sama-sama untung dan menguntungkan. Jikalau hal ini tidak dijalankan, maka banyaklah kerugian yang dihasilkan. Contoh kasus diatas, apabila pelaku terkena paparan virus corona maka yang susah bukan hanya dia saja, tetapi terhadap orang yang apabila terkena infeksi dari pelaku dan juga membebankan pemerintah dan para perawat yang saat ini sedang berjuang keras berperang melawan pandemik virus corona ini.