Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nrimo ing Pandom ala Era Sekarang (Hal. 12)

20 Oktober 2016   16:33 Diperbarui: 20 Oktober 2016   16:43 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halaman 11 ...

Tambahan wacana ... 

- Air pollution more deadly ... sebagai pelengkap yang telah disebutkan beberapa di halaman sebelumnya.

...

Kita teruskan uraian mengenai "yang diberi bagian" dengan "apa yang dibagikan" sebagaimana yang telah disebutkan. Secara teori ... kita tidak perlu merasa takut "untuk tidak kebagian", karena secara teori ... "jatah" ... kita semua ... adalah nol. Bila sesuatu "yang dibagikan" itu tidak mengalami penyusutan apapun saat proses pembagian berlangsung, tentunya tiada perlu timbul rasa kuatir bahwa sesuatu yang dibagi itu akan habis. Ruwet ? :D

Itu secara teori. Dalam prakteknya tidak demikian. Manusia berbeda dengan mahluk hidup lain yang ada di bumi. "Laju mengambil sesuatu yang bersifat positif" dari alam ... tidak berimbang dengan ... "laju memberikan sesuatu yang bersifat positif". Alih-alih, manusia seolah memberi penekanan pada proses "melaju untuk memberikan sesuatu yang bersifat negatif (berupa limbah dan proses pengrusakan)" kepada alam. 

Dalam kasus diatas bila "apa yang dibagikan" itu secara terus menerus (dalam rentang waktu sangat panjang) menyusut, maka pada suatu saat akan kita temui suatu keadaan dimana "yang dibagikan" itu akan bernilai 0. Untuk itu memang wajar bila kemudian timbul rasa kuatir untuk tidak kebagian. Dikatakan bahwa pada saat tersebut ... diri kita terkena suatu "aksi". Dan/namun ... tergantung pada diri kita sendiri ... bagaimana cara kita untuk merespon "aksi" tersebut. Secara positif atau negatif ? Atau tetap diam, tenang, kukuh layaknya batu karang di lautan sana ?

Untuk tetap tenang, diam, kukuh itu perlu persiapan latihan fisik mental. Yang mana ditemui kendala bahwa sebaik-baiknya kita mempersiapkan diri, gelombang yang menerpa sangatlah besar. Sehingga kita tidak mampu untuk duduk berdiam. Yang mana membawa kita kembali pada dua jenis reaksi lainnya. Positif atau negatif ? 

Dengan cara positif, kita berupaya untuk merestorasi proses mengambil dan memberi itu agar berlangsung pada laju yang seimbang (tetapi tidak dengan cara bunuh-bunuhan ala hukum rimba, 'ngakunya manusia). Namun untuk melakukan hal tersebut, banyak sekali syarat dan ketentuan yang "tertulis dalam lembar yang bermaterai"  ... yang harus dipatuhi. Yang mana menemui suatu kendala, bahwa tidak semua orang dapat "membaca dan memahami" syarat dan ketentuan itu. 

Dengan cara negatif, kiranya lebih mudah bahkan sangat gampang. Kita bikin saja plesetan dari konsep "gotong royong". Apa yang sedang digotong, itu yang kita jadikan bahan royo'an. Kendala timbul bila kemudian ada yang  menuding kita sebagai pagar makan tanaman, serakah dan berbagai tudingan negatif lainnya. Toh ini memang cara negatif. Sehingga dengan hati nan lapang tanpa beban kita bisa bilang "persetan" sambil tersenyum kepada mereka.  

Dan ketika apa yang ada di dalam botol itu telah habis, .... :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun