Mohon tunggu...
Binball Senior
Binball Senior Mohon Tunggu... Sales - Mencari dan Berbagi Ilmu

just for fun

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

1 Minggu "Berwisata Hati" di Rumah Sakit

13 September 2014   00:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:51 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari tanggal 2 s.d 8 September 2014 yang lalu saya berkesempatan untuk ber”wisata” hati di salah satu Rumah Sakit swasta (RS) yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat. Ya, kenapa saya katakan wisata hati karena lebih kurang dalam waktu 6 hari bermalam di RS tersebut saya semakin merasakan betapa sangat berartinya nikmat kesehatan yang selama ini diberi sang penguasa kepada kita.

Bukan saya yang sakit dalam waktu satu minggu tersebut, tapi anak saya yang masih berusia 1o bulan.

Ya, buah hati tercinta kami tersebut menderita Muntaber (muntah dan mencret) sejak selasa pagi tanggal 2 September. Tidak begitu jelas apa penyebabnya. Sampai senin malam kondisi anak kami masih sangat baik dan tidak ada keluhan apapun, namun selasa pagi tiba-tiba kondisinya sudah lamgsung drop akibat muntah dan mencret. Sempat dibawa konsultasi terlebih dahulu pada salah seorang Dokter spesialis anak pada pagi hari nya, namun karena sampai sore hari kondisinya masih sering muntah dan mencret dan dikhawatirkan akan terjadi dehidradasi karena kekurangan cairan, kami langsung membawa anak kami tersebut ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada salah satu rumah sakit swasta di Kota kami berdomisili.

Setelah menunggu beberapa saat karena tingginya aktifitas orang yang memerlukan pertolongan darurat di IGD tersebut, akhirnya anak kami mendapatkan pertolongan dokter. Cek darah segera dilakukan dan dari beberapa hasil labor yang diterima salah satu yang kurang adalah kadar gula anak kami yang cukup rendah akibat kekurangan cairan. Kadar gulanya yaitu di angka 60 dari kisaran normal menurut dokter kalau saya nggak salah ingat antara 90-100 an.

Dokter merekomendasikan anak kami untuk segera dirawat dan dipasangi infus dan sebagai orang tua dari anak pertama kami tentu sangat khawatir dengan kondisi dan situasi tersebut. Rasa sedih, tidak tega bahkan sakit yang lebih ikut kami rasakan melihat kondisi anak kami tersebut. Dimulai sejak cek darah dimana harus memasukan jarum suntik ke tangan kecil tersebut sampai dengan pemasangan infus ke tangan mungil tersebut yang diwarnai pekikan tangisan anak kami yang meronta ketika merasakan sakit jarum suntik membuat hati ini terasa semakin sedih. Sebagai seorang ayah saya mungkin terlalu sentimentil, tapi mau gimana lagi itu yang saya rasakan. Mungkin kalau sendainya bisa, biarlah saya yang berada dan menggantikan posisi si anak daripada dia yang harus menaggung sakit tersebut.

14105170761080524223
14105170761080524223


Alhamdulillah, sejak malam pertama masuk dan ditangani dokter serta setelah diberi obat, (saya tidak tahu persis obatnya apa), anak kami tidak lagi mengalami muntah. Namun kondisi buang air nya yang masih mencret berkali-kali membuat kami harus tidak tidur pada malam pertama dan kedua di rumah sakit. 24 Jam kami selalu siaga memelototi slang infus yang terpasang. Sempat tidak menetes saja cairan infus ataupun bergerak terlalu cepat cairan infus yang turun, maka kami segera memanggil suter yang piket. Syukur sekali lagi, suster dan staff rumah sakitnya bekerja cukup profesional. Walau tidak tidur dan sangat kurang istirahat saya bersama istri berusaha untuk ikhlas menjalaninya karena itu juga sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tua.

Memasuki hari ke tiga empat dan lima, kondisi anak kami sedikit demi sedikit terus berangsur membaik dan intensitas buang air besarnya menjadi agak berkurang. Dalam kurun waktu tersebut berbagai macam situasi kami lihat dan rasakan di RS tersebut. Pasien yang silih berganti masuk. Raut bahagi keluarga pasien ketika hendak meninggalkan rumah sakit karena anggota keluarganya telah sembuh ataupun pekikan tangisan yang berkali-kali kami dengar karena anggota keluarga mereka harus lebih dahulu menghadap sang kuasa. Ya, tangis dan bahagia kerap mewarnai beberapa hari kami di rumah sakit.

Pada hari Senin sore 8 September 2014, akhirnya Dokter membolehkan anak kami untuk pulang. Dengan menyiapkan sejumlah dana untuk keperluan administratif saya menghadap pada petugas untuk menanyakan berapa biaya yang harus saya keluarkan.

1410517310919327127
1410517310919327127

141051733721467575
141051733721467575


Sebagai catatan, saya dan keluarga terdaftar sebagai anggota BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), jadi pada saat anak saya akan rawat inap pihak petugas meminta kartu keanggotaan BPJS anak. Pada saat itu pihak rumah sakit mengatakan bahwa kamar perawatan untuk peserta BPJS sudah terisi semua, jadi hanya tersisa kamar kelas 1 di RS tersebut dan jika saya ambil berarti anak saya akan terdaftar sebagai pasien BPJS Naik Kelas (NK) dan akan membayar selisih biaya kenaikan tersebut jika plafon perawatan yang ditanggung BPJS tidak mencukupi. Setelah membaca dan memahami surat dari pihak rumah sakit, saya kemudian menyetujui hal tersebut.

1410517483371171629
1410517483371171629


1410517223280277888
1410517223280277888


Nah, balik lagi waktu saya akan mengurus kepulangan anak saya tersebut. Dengan kalkulasi ruang perawatan yang naik kelas, maka saya telah menyiapkan sejumlah dana. Namun apa yang terjadi, dengan enteng petugas rumah sakit mengatakan bahwa saya tidak dibebankan biaya sedikitpun atas perawatan anak saya tersebut karena semuanya ditanggung oleh pihak BPJS.

Alhamdulillah, hanya kalimat itu yang bisa saya ucapkan. Di satu sisi anak saya sudah beranjak sembuh, selama di rumah sakit saya dan keluarga juga mendapatkan banyak hikmah bagaimana harus sabar menjaga dan merawat anak, bagaimana harus selalu bersyukuratas segala nikmat kesehatan yang telah diberikan dan diakhir episodepun sang penguasa memberikan kemudahan rezekinya kepada kami semua dengan tidak adanya biaya yang kami keluarkan.

Jadi memang benar seperti yang difirmankan oleh Nya, “bahwa sesungguhnya dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan” dan kami sudah merasakan itu serta mendapatkan hikmah terbaik dibalik ujian yang diberikan oleh Nya.

14105175931122777361
14105175931122777361

1410517717417326172
1410517717417326172


Semoga kita semua selalu diberi nikmat kesehatan oleh Allah dan menjadi orang yang selalu beryukur atas segala hal di atas dunia ini. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun