Â
YOGYAKARTA - Muhammad Hafidz Al-Qossam, seorang pemuda yang penuh semangat, menghadapi berbagai tantangan dalam dirinya untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dengan bekerja sebagai karyawan di Toko Madura Berkah, ia tidak hanya mencari penghasilan tetapi juga mengabdikan dirinya sebagai Santri Pengabdian di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Harun Asy-Syafi'i. Perjuangan Hafidz merupakan cerminan dari tekad dan dedikasi luar biasa dalam mencari keberkahan hidup melalui kerja keras dan pengabdian religius.
Muhammad Hafidz Al-Qossam, seorang santri sekaligus karyawan toko asal Kebumen yang penuh semangat dan dedikasi, menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Dalam usahanya untuk menghidupi diri dan keluarganya, Hafidz menempuh jalan yang tidak biasa bagi banyak pemuda seusianya. Ia menggabungkan peran sebagai karyawan di Toko Madura Berkah dengan pengabdian religius sebagai santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Harun Asy-Syafi'i.
Setiap pagi, Hafidz memulai harinya dengan berangkat ke Toko Madura Berkah. Toko ini terletak di sebuah kawasan yang terletak di jalan Imogiri Barat yang selalu ramai oleh pengunjung. Hafidz bertugas melayani pelanggan, mengatur stok barang, dan memastikan bahwa semua kebutuhan toko terpenuhi. Pekerjaan ini menuntutnya untuk selalu siap dan sigap dalam menghadapi berbagai situasi.
"Saya sangat bersyukur bisa bekerja di sini. Pekerjaan ini memberikan saya penghasilan yang cukup untuk membantu keluarga," kata Hafidz. "Meskipun kadang melelahkan, saya merasa senang bisa berinteraksi dengan banyak orang dan belajar dari mereka." Kata Hafidz sambil tesenyum, kepada wartawan di Toko Berkah, Yogyakarta, (25/5).
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di toko, Hafidz melanjutkan pengabdiannya sebagai santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Harun Asy-Syafi'i. Pondok pesantren ini dikenal dengan program tahfidz Al-Qur'an yang ketat dan disiplin. Di sini, Hafidz tidak hanya menghafal Al-Qur'an tetapi juga mendalami ajaran agama dan membantu mengajar santri-santri muda.
Menjadi santri pengabdian di pondok pesantren adalah tugas yang mulia dan penuh tanggung jawab. Hafidz tidak hanya harus menjaga disiplin diri tetapi juga menjadi teladan bagi santri lainnya. Pengabdiannya di pondok ini menunjukkan betapa kuatnya tekad dan komitmen Hafidz terhadap pendidikan agama dan pelayanan kepada masyarakat.
"Menjadi santri pengabdian adalah panggilan hati. Saya merasa tenang dan damai setiap kali berada di pondok. Mengajar anak-anak dan melihat mereka tumbuh dalam ilmu agama adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya," ujarnya.
Perjalanan hidup Hafidz tidaklah mudah. Menggabungkan pekerjaan di toko dan pengabdian di pondok pesantren memerlukan manajemen waktu yang baik dan stamina yang kuat. Meski begitu, Hafidz tidak pernah mengeluh. Ia justru menemukan kebahagiaan dalam setiap langkah yang diambilnya, baik dalam pekerjaan sekuler maupun pengabdian religius.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Hafidz adalah mengatur jadwalnya. Pagi hingga sore hari dihabiskan di toko, sementara malam hari dihabiskan untuk menghafal dan mengajar di pesantren. Meskipun terkadang merasa lelah, Hafidz tetap menjalani semuanya dengan senyuman.