Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan tempat, nama, cerita dan kejadian adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Hari demi hari, perasaan mulai tidak enak. Keributan antara suku Dayak dan suku Madura membuat Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menjadi ramai. Di malam hari ini aku merasa sangat tidak tenang. Hidup sudah resah tetapi memang itu apa adanya saat ini. Ada suara teriakkan, memanggil namaku. Itu adalah papa, ia memanggilku untuk berbicara dengannya.
“Rasyad! Sini ke kamar papa.”
“Iya, sebentar pa. Untuk apa?” aku menjawab dengan perasaan bingung.
“Ada apa Pa?”
“Kan kamu tahu sekarang lagi zamannya orang-orang disini ribut karena berbedanya suku antara Dayak dan Madura, Papa rasa kita harus pindah dari Kalimantan kembali ke Sumenep.”
“Aku tidak mau Pa! aku masih ingin tinggal disini bersama teman-teman yang lain terutama sahabatku, Nauval.”
“Tetapi kita harus pindah, Rasyad. Kalau kita terlalu lama disini, kita bisa diusir.”
“Bagaimana dengan Nauval? Aku tidak mau berpisah dengannya. Dia adalah sahabat aku sejak dulu. Jika kita ingin pindah juga tidak bisa seenaknya papa seperti ini saja. Belum tentu aku setuju dengan apa yang papa bilang.”
“Jangan mementingkan sahabat. Kita harus mementingkan hidup kita dulu.”
“Tidak bisa begitu saja, Papa! Papa tidak bisa seenaknya gitu menyuruh untuk pindah”
“Tetapi kalau kita suatu saat diusir dan kita belum siap untuk pindah, bagaimana?”
“Ya sudahlah, papa dan mama bisa memikirkan itu tetapi pokoknya aku ingin tetap bertemu dengan Nauval dulu.”
Hari berganti, aku masuk sekolah dan duduk di bangku SMP kelas 2 di sekolah SMP Negeri 3 Kubu, Kalimantan Barat, dan begitu juga Nauval dan teman-temanku yang lain. Di kelas hanya aku yang berasal dari suku Madura, yang lainnya dari suku Dayak. Tetapi semua anak di kelasku mengerti bahwa aku adalah anak satu-satunya dari suku yang berbeda, kita tetap bermain bersamaku dan masih bersenang-senang bersama walaupun suku Madura sedang ribut dengan suku Dayak.
Setiap waktu istirahat, hampir semua murid di sekolah SMP itu menghampiriku, berusaha untuk mengajak berkelahi tetapi teman-temanku yang lain selalu membela terutama Nauval. Mereka semua mengetahui cerita-cerita sedihku dengan keluargaku bagaimana kita sudah berjuang untuk tetap tinggal di sini karena aku tetap ingin bertemu teman-temanku di sekolah dan sehari-hari.
Aku sering sekali merasa bimbang. Selain memikirkan diri sendiri dan tidak mau berpisah dengan Nauval, aku juga memikirkan keadaan orang tuaku di rumah. Menghindari kejahatan juga tidak hanya karena diriku sendiri, tetapi karena orang lain, terutama orang tua. Sepulang sekolah, aku terlihat dengan perasaan sedih. Aku masuk ke kamar lalu beristirahat di tempat tidur sambil memikirkan mana yang harus aku pilih untuk masa depanku yang lebih baik. Tetapi tetap saja aku tidak ingin berpisah dengan Nauval. Aku tidak suka mempunyai teman baru. Mama dan papa sudah tahu apa yang aku rasakan ketika aku pulang sekolah. Mereka menanyakan bagaimana aku hari ini dan jawabannya selalu sama.
“Halo Rasyad. Bagaimana sekolah hari ini?”
“Biasa ma. Anak-anak di sekolah mengajak berantem terus dan perasaan sekali tidak enak.”
“Y, kamu kita ajak pindah dari sini tidak mau, tetapi kamu lihat, kamu sering sekali merasakan hal ini.”
“Tetapi aku tidak ingin meninggalkan teman-temanku di sini, terutama Nauval. Mereka sudah menjadi teman yang selalu membelaku dan memberi semangat kepadaku.”
“Ya sudahlah, dari pada ribut, mending kita pindah saja ya, nak.”
“Tidak ma, aku tidak mau –“
“Sudah cukup!”
Percakapan mengenai masalah ini tak pernah berakhir. Papa dan mama selalu membicarakan mengenai hal ini hampir setiap hari.
Selesainya percakapan antara aku dengan mama, tiba-tiba papa datang.
“Mulai minggu depan papa tidak ingin melihat kamu bermain dengan teman-teman kamu yang lain dan kita harus pindah!”
“Bagaimana kalau aku –“
“Tidak! Pokoknya tidak ada alasan.”
Aku langsung berlari ke kamar, menarik selimut dan mulai meneteskan air mataku.
Keesokan harinya Nauval datang ke rumah untuk menjemputku. Kita pergi ke sekolah bersama. Sesampainya di sekolah, aku berjalan di belakang Nauval supaya tidak ada yang mengejekku. Aku menuju ke kelas, di situlah tempat teraman yang bisa aku tempati di sekitar sekolah. Jam pelajaran berlalu; sering sekali aku bercerita kepada Nauval mengenai hal ini dan ia sering membantuku untuk memberikan solusi supaya aku masih bisa tinggal disini. Pastinya kami berdua tidak mau berpisah, jadi aku bertahan sekuat mungkin untuk tinggal di Kalimantan supaya bisa selalu dengan Nauval. Di jam pulang sekolah, aku dan Nauval sedang berjalan dengan santai menuju rumah, tiba-tiba datang sekelompok warga berlari menuju kami berdua dan terlihat ingin menyerang. Kami berlari sekencang mungkin. Sampai di rumah, papa langsung bertanya apa yang telah terjadi dan papa cepat-cepat keluar rumah.
“Kalian semua! Buat apa ada disini? Dunia ini tidak hanya milik kalian, ini milik kita juga. Kita semua tinggal bersama-sama!”
“Kami ingin bapak pergi dari sini! Ini adalah tempat kawasan suku dayak, bukan suku Madura!”
Keesokan harinya, di pagi hari perasaan papa sudah tidak enak. Aku tidak diperbolehkan untuk masuk sekolah karena kami sedang berada di kondisi yang tidak aman. Aku cepat-cepat menghubungi Nauval dan bertanya dengan apa yang sedang terjadi. Sudah di telepon beberapa kali tetapi tetap saja tidak bisa. Aku sudah mulai panik dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Beberapa lama kemudian aku mencoba lagi dan dia mengangkat telepon dari aku.
“Nauval, sedang ada apa di luar sana? Perasaanku mulai tidak enak.”
“Syad, tolong bilang ke keluargamu untuk bersiap-siap karena sudah ada beberapa tentara suku dayak di depan rumahmu. Mereka sudah siap dengan tangki tentara mereka.”
Aku langsung mematikan telepon dan memberi tahu kepada mama dan papa. Kami memasukkan sebagian dari barang-barang yang kami sangat butuhkan dengan rasa panik dan takut. Tidak ada waktu lagi untuk membereskan semua barang yang ada. Itu terlalu banyak dan sangat membutuhkan waktu yang lama, sedangkan sudah ada sekelompok tentara di depan rumah.
Sebenarnya papa tidak berani untuk keluar rumah tetapi apa yang harus kita lakukan selain kita pindah ke kota Sumenep. Mungkin disitulah tempat yang paling aman untuk hidup kami. Kami cepat-cepat keluar dari rumah tersebut tanpa berbicara sekatapun. Mungkin memang inilah hidupku.
Sebelum aku pergi ke stasiun kereta, aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Nauval terakhir kalinya sebelum kami berpisah. Sesampainya di rumah Nauval, aku cepat bertanya di mana dia berada. Dia keluar dari kamarnya, terlihat sedih. Kami meneteskan air mata terakhir bersama sebelum kami berpisah.
“Val, mungkin memang ini sudah saatnya aku berpindah ke kota Sumenep. Mungkin disitulah memang asalku yang sebenarnya. Aku juga tidak ingin meninggalkanmu karena kita tidak akan bisa pergi bersama seperti biasanya lagi. Kapan-kapan, kamu bisa mengunjungi Madura dan bertemu denganku.”
“Iya Rasyad, aku mengerti dengan apa yang telah kamu rasakan dengan keluargamu. Aku tidak akan melupakanmu. Walaupun kita dari suku yang berbeda, kau tetap menjadi sahabat nomer satuku.”
“Aku juga tidak akan pernah melupakanmu. Kalau gitu aku harus pergi dulu, mama dan papa sudah menungguku di luar. Sampai jumpa.”
Aku melambaikan tangan kepada Nauval dan merasa sangat sedih. Sekarang aku mengerti kenapa kita memang harus pindah, aku sudah menyadari bahwa yang aku katakan itu salah. Hidup itu lebih penting dari teman. Semua ini memang karena aku, aku seharusnya menurut dengan apa yang papa katakan. Papa lebih banyak tahu dari aku. Ia pasti punya solusi yang tepat untuk hidupku; aku sangat merasa bersalah.
Catatan: Cerita pendek ini dalah karya salah satu siswa saya, Kirana Nasywadara, yang sekarang berada di kelas 7 di Sekolah Cikal-Amri. Cerita pendek ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir karangan kreatif pada Kuartal kedua setelah siswa selesai membaca novel Tanah Air Beta. Tema cerita pendek ini adalah dampak positif/negatif akibat perpisahan yang dialami karakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H