"Sama istri ituuu, kita harus respek...", ucapnya, dengan mimik yang begitu serius tapi santai.Dengan lengan kemeja yang digulung tak beraturan, seakan ia tak lagi peduli kerapihan dirinya di hadapan wartawan.
Kami mendapat informasi berharga dari Agus Marto malam itu. Bukan informasi soal moneter, bukan soal RAPBN, apalagi soal keuangan. Tapi soal menjalani hidup, dan seakan disampaikan oleh seorang teman. Ya, ngobrol dengan Agus Marto, tidak terasa mewawancarai narasumber, tapi seperti ngobrol dengan teman lama.
Itulah Agus Marto, menteri baru jadi, yang menjadi sahabat baru para wartawan lapangan banteng.
Tapi seorang menteri, pejabat publik yang digaji dari uang rakyat, tentunya tak hanya dinilai dari hubungan interpersonalnya, atau kecakapannya dalam bersosialisasi, dan kemampuan "membumi" kan dirinya. Seorang pejabat publik, seorang Agus Martowardoyo, harus dilihat dari kebijakannya.
Sebagai menteri keuangan yang lahir dari embrio bankir, akankah dia membuat kebijakan bagi rakyat ?? Rakyat menengah kebawah, rakyat karyawan biasa, rakyat pengusaha kecil, rakyat yang ingin punya rumah, rakyat yang tidak punya saham tapi ingin dan (ber hak) untuk sejahtera, rakyat yang kesulitan bayar sekolah, dan banyak kategori rakyat lainnya. Itulah rakyat yang harus ia bekerja kepadanya. Yang pasti, bukan rakyat tempat dimana menteri keuangan sebelumnya mengabdi.
Agus Marto, baru satu sisi yang kau tunjukkan pada kami. Tunjukkan sisi lainnya, yang tidak bisa ditunjukkan Sri Mulyani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H