Saat mendengar kata komik, yang terbayang adalah sebuah gambar yang terkurung dalam panel dan memiliki gelembung percakapan antar tokohnya. Sebenarnya komik tidak terbatas hanya disitu. Seperti banyak sastra modern, bentuk komik juga mengalami perubahan. Tidak terdiri dari beberapa panel dan gelembung suara, ada juga komik yang dibuat hanya satu panel dan terdapat keterangan di bawah gambarnya. Contohnya adalah http://memebase.cheezburger.com/">memecomic
Biar jangan melenceng jauh, dalam tulisan ini saya ingin membahas tentang manga (komik buatan jepang). Manga yang diterbitkan di Indonesia dan mendapat lisensi resmi adalah terbitan PT Gramedia yang menaungi 2 penerbit besar yaitu PT Elex Media dan m&c. Selebihnya ada juga penerbit indie yang menerbitkan komik yang diragukan lisensinya. Gambar komiknya buram, tidak terang seperti halnya komik dengan lisensi resmi.
Pertama kali saya membaca komik saat kelas satu SMP. Di kota tempat saya tinggal tidak terdapat toko buku, jadi kalau mau baca komik harus menyewa di rental. Orang tua juga tidak mempermasalahkan, karena mereka percaya bahwa anak-anaknya akan bisa membagi waktu antara belajar dan mencari hiburan. Sampai sekarang saya tetap membaca komik, kalau dihitung-hitung sudah lebih dari 6 tahun saya membaca komik.
Berbicara tentang komik, tentu ada sisi positif dan negatifnya. Adapun 4 hal yang mungkin terjadi pada sebagian pembaca komik namun digeneralisir untuk semua pembaca komik adalah:
1. Membaca komik akan membuat anak malas belajar dan kurang berprestasi
Mitos klasik yang masih eksis sampai sekarang. Sebenarnya banyak faktor yang membuat anak berprestasi ataupun  jarang berprestasi. Genetik, nutrisi, dan pola asuh orang tua berperan penting dalam perkembangan anak. Apakah dengan memaksakan anak belajar terus menerus dapat membuatnya pintar? Tidak. Anak justru akan stres, tertekan, dan bahkan minder jika tidak mampu memenuhi ekspektasi orang tua.
Pada komik klasik sejuta umat yang berjudul "Doraemon", digambarkan tokoh utama yang bernama Nobita adalah seorang anak pemalas yang sering mendapat nilai 0, suka baca komik, malas-malasan dan tidur siang. Apakah yang membuat Nobita mendapat nilai 0 adalah membaca komik? Bisa jadi, tetapi ada juga faktor lain seperti malas, suka tidur siang, sehingga Nobita tidak sempat belajar. Belum lagi reaksi orang tuanya yang selalu marah-marah melihat nilai Nobita seperti itu. Memarahi anak bukan jalan keluar untuk memperbaiki prestasi anak.
Biarkan saja anak membaca komik dengan pendampingan orang tua. Bantu anak mengatur waktu dan pastikan anak membaca komik sesuai dengan klasifikasi umurnya.
2. Komik itu bacaan anak-anak
Ini juga tidak sepenuhnya benar. Walaupun gambar komik kebanyakan kocak dan menghibur, tetapi komik mempunyai klasifikasi pembacanya sendiri. Apakah untuk semua umur, remaja atau dewasa. Komik untuk semua umur biasanya bertema kehidupan sehari-hari, sekolah, bermain, dsb. Contoh komik untuk semua umur adalah Hai Miiko karya Ono Eriko dan Yotsuba! karya Kiyohiko Azuma
Komik untuk remaja dibagi dua, yaitu remaja pria dan remaja wanita. Untuk remaja pria, komik bertema fantasy adventure, bertarung dengan sihir, senjata, dan hal-hal lain yang bersifat imaji/khayalan. Contoh komik untuk remaja pria adalah Bleach karya Tite Kubo dan Yu-Gi-Oh karya Kazuki Takahashi. Untuk remaja wanita, komik bertema kehidupan sehari-hari dengan pemeran utamanya adalah remaja putri. Kadang-kadang juga memasukkan tema sihir dan fantasy yang lebih halus dibandingkan dengan komik kegemaran remaja putri. Contoh komik untuk remaja putri adalah Mermaid Melody karya Michiko Yokote dan Alice Academy karya Tachibana Higuchi