Tentu kita sering melihat tulisan semacam ini, baik di belakang mobil-mobil angkot Juga bisa melihat di pantat truk ataupun bis
- Gerakan ini adalah gerakan putus asa terhadap perkembangan reformasi negeri ini. Negeri ini carut-marut bukan bagi saya adalah sebuah proses menuju ke posisi kesetimbangan, seperti sebuah kelereng yang berada di dalam piring, dia akan tetap bergerak sampai menemukan kesetimbangan. Kelereng itu sudah terlalu lama diletakkan pada bagian atas piring selama 32 tahun. Maka kesetimbangannya butuh waktu yang cukup lama. Apakah kita menghormati perkembangan negeri ini?
- Gerakan tersebut, menunjukkan betapa negeri ini masih enggan berbicara masa depan. Tapi lebih suka masa silam yang suram, daripada memecahkan tantangan misteri masa depan.
- Selain gerakan PUTUS ASA terhadap perkembangan, gerakan ini adalah curahan hati para orang MALAS berpikir dan bekerja, sehingga senantiasa berharap kondisi seperti masa lalu, enggan berjalan ke masa depan.
- Di samping itu gerakan ini, akan mudah menjangkau orang yang memikirkan perutnya sendiri, tanpa berpikir orang lain. Dia berharap dengan kondisi masa lalunya dia bisa kenyang sekalipun banyak orang lain harus mati meregang nyawa karena diculik, atau desa yang harus dikucilkan karena saat pemilu tidak pro orde baru, hak asasi manusia yang tidak dihormati.
- Gerakan ini, adalah wujud penyalahan terhadap waktu. Saya yakin si pemilik gerakan pro orde baru ini, jika bukan orang yang ada di lingkaran orde baru, ya orang yang sebenarnya juga menderita. Hanya saja sekarang mereka bisa menyalahkan proses yang terjadi di negeri ini. Saya tidak mengatakan gerakan reformasi. Tapi proses ini adalah keniscayaan.
- Gerakan ini dimiliki dan didukung oleh orang bermental antek asing. Saya yakin jika orang tersebut lahir di jaman Soekarno, dia akan berkata "Aku milih dijajah Belanda daripada merdeka tapi lapar". Lebih parah dari Malaysia
Nah? Anda punya masa depan? Mengapa anda memilih kembalinya rezim Korupsi Kolusi dan Nepotisme itu kembali, yang jika dia tetap ada, belum tentu nyawa anda itu diberi harga! Bahkan saya menyatakan tidak untuk gerakan ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H