Mohon tunggu...
Cahyo Bimo Prakoso
Cahyo Bimo Prakoso Mohon Tunggu... Akuntan - Blog

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pujian : Motivasi atau Manipulasi

6 Februari 2025   16:25 Diperbarui: 6 Februari 2025   16:25 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pujian palsu (sumber : Microsoft designer)

Pujian adalah bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial kita. Ucapan "kamu pintar sekali!" atau "wah, kamu ganteng banget!" mungkin sering kita dengar. Pujian memang bisa membuat hati berbunga-bunga dan semangat meningkat. Namun, tahukah Anda bahwa pujian juga bisa menjadi pedang bermata dua? Di satu sisi, pujian dapat memotivasi kita ke arah yang positif. Namun di sisi lain, pujian yang berlebihan atau tidak tepat sasaran dapat menjerumuskan kita ke arah yang negatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berhati-hati dan bijak dalam menerima pujian.

Pujian yang diberikan dan diterima dengan cara yang sehat tentu saja memiliki dampak positif. Pujian dapat menjadi bahan bakar yang memicu semangat untuk terus berkarya dan mengembangkan diri. Bayangkan seorang anak kecil yang mendapatkan pujian atas hasil karyanya. Pujian tersebut akan membuatnya merasa bangga dan termotivasi untuk terus berkarya. Tak hanya itu, pujian juga dapat menjadi bentuk pengakuan atas usaha dan kerja keras yang telah kita lakukan semisal  menerima pujian di kantor atas prestasi, hal itu menandakan bahwa apa yang kita lakukan dihargai dan diakui oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa pujian yang sehat adalah pujian yang tulus, spesifik, dan tidak berlebihan. Pujian yang diberikan dengan tujuan tertentu, seperti untuk mendapatkan sesuatu dari kita, tentu saja tidak termasuk dalam kategori pujian yang sehat.

Pujian palsu (sumber : Microsoft designer)
Pujian palsu (sumber : Microsoft designer)

Namun, di balik dampak positifnya, pujian juga menyimpan bahaya tersembunyi yang perlu kita waspadai. Pujian yang berlebihan atau tidak tepat sasaran dapat membuat seseorang menjadi sombong dan besar kepala, Perasaan paling hebat dan paling benar akan timbul, sehingga meremehkan orang lain. Pujian juga dapat membuat seseorang terlena dan berhenti berkembang. Perasaan sudah puas dengan apa yang telah dicapai, sehingga tidak lagi termotivasi untuk belajar dan meningkatkan diri akan timbul dengan sendirinya jika pujian diberikan dengan berlebihan terhadap seseorang. Lebih jauh lagi, pujian dapat menjadi alat manipulasi yang digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan sesuatu dari kita. Orang yang tidak tulus sering kali menggunakan pujian untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari kita. Maka dari itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan tidak langsung percaya begitu saja dengan setiap pujian yang datang.

Lantas, bagaimana cara menyikapi pujian dengan bijak agar kita tidak terjerumus dalam dampak negatifnya? Pertama, lakukan introspeksi diri. Tanyakan pada diri sendiri, apakah pujian tersebut benar-benar pantas saya dapatkan? Apakah saya sudah melakukan yang terbaik dan memberikan kontribusi yang berarti? Dengan melakukan introspeksi diri, kita bisa menilai apakah pujian tersebut memang sesuai dengan kenyataan atau hanya sekadar basa-basi. Kedua, tetaplah rendah hati dan ingat bahwa semua yang kita capai adalah berkat kebaikan Allah SWT dan dukungan dari orang lain. Jangan pernah merasa bahwa kita yang paling hebat dan paling berjasa. Ketiga, fokuslah pada proses dan pengembangan diri, bukan hanya pada pujian. Jadikan pujian sebagai motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Keempat, bersyukurlah atas pujian yang diberikan oleh orang lain. Ucapkan terima kasih atas pujian tersebut, dan jadikan pujian tersebut sebagai penyemangat untuk terus berkarya.

Tulisan Praise di baliho (Sumber : Microsoft Designer)
Tulisan Praise di baliho (Sumber : Microsoft Designer)

Singkatnya, pujian adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi sumber motivasi dan kebahagiaan, tetapi juga bisa menjadi jebakan yang membuat kita terlena dan akhirnya jatuh. Kita harus selalu berhati-hati dan bijak dalam menerima pujian. Jangan biarkan pujian membuat kita menjadi sombong dan tinggi hati. Pujian adalah motivasi untuk terus berkarya dan mengembangkan diri. Pujian yang membangun adalah pujian yang tulus, spesifik, dan tidak berlebihan. Dengan demikian, kita bisa memanfaatkan pujian untuk meraih kesuksesan tanpa terjerumus ke dalam kesombongan.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar seseorang memuji orang lain secara berlebihan. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Engkau membinasakan atau Engkau memotong punggung kawanmu itu." (HR. Bukhari no. 2663 dan Muslim no. 3001) (https://islamic-center.or.id/hindari-berlebihan-dalam-memuji)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun