Mohon tunggu...
Bimo Aria
Bimo Aria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freeman

Seorang pejalan yang menyukai musik, buku, seni, budaya, dan alam. Menulis untuk merawat nalar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Payung Hitam Yang Menuntut Keadilan; 17 Tahun Aksi Kamisan

18 Januari 2024   15:00 Diperbarui: 18 Januari 2024   20:38 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh: Bimo Aria 

Penulis: Bimo Aria 

Hari ini, Kamis, 18 Januari 2023, memperingati 17 tahun aksi kamisan yang tetap berdiri tegak berjuang dan melawan untuk menuntut keadilan dari para penguasa. Hampir 2 dekade lamanya aksi kamisan terus konsisten menyuarakan hak asasi manusia di garda terdepan, di depan tembok para penghianat reformasi. Catatan sejarah telah membuktikan sisi kelamnya negeri ini, Tragedi 65, penghilangan secara paksa para aktivis 1997-1998, tragedi Kanjuruhan, Rempang, dan kasus-kasus lainnya, hingga kriminalisasi para masyarakat adat. Kapankah keadilan tiba untuk mereka ? apakah nyawa manusia tidak ada nilainya di negeri ini ?

Sejak 2007 payung-payung hitam itu terbuka di depan istana menuntut keadilan dan mengingatkan pemerintah untuk tidak pernah lupa. Namun, pemerintah tak kunjung menjawab suara para pejuang ham itu, tapi... saya meyakini dengan teguh bahwa, "kebenaran akan terus hidup," dan keadilan akan datang saatnya, meski di penghujung waktu nanti. Masih ada sekelompok orang yang peduli dan tidak pernah lelah untuk menggerakkan nuraninya. Ya, dan aksi kamisan adalah salah satunya. Barisan rakyat yang bersatu atas nama kemanusiaan, representasi dari rasa cinta serta kesetiaan. 

Hanya keadilan yang mereka inginkan dan jangan pernah mengira bisa membungkam mereka begitu saja. 2014 lalu ada seorang laki-laki yang berjanji akan mengusut tuntas pelanggaran ham berat jika ia terpilih, tapi nyatanya sampai 10 tahun lamanya ia menduduki kursi tertinggi tak membuatnya melaksanakan janji itu, ahh... munafik ! Alih-alih memberikan keadilan, rezimnya justru menerbitkan pasal karet untuk menjerat korban-korban berikutnya.

Widji Thukul pernah berkata bahwa,"Aku ada dan berlipat ganda." Puluhan tahun lamanya Widji Thukul mengumandangkan kalimat tersebut melalui puisinya, dan apabila Thukul memang telah tiada, dengan segenap doa saya meyakini beliau telah tenang di alam sana, semangat api perjuangan yang ia wariskan masih hidup hingga detik ini. 

Aksi kamisan terlahir untuk membawa nafas perjuangan dan mengajak kita untuk terus mengingat bahwa ada yang hilang ketika berjuang untuk keadilan di negeri ini, ada yang dibunuh dengan bengis, ada yang disiksa terlebih dahulu, ada yang dilukai. Disisi lain ada keluarga kecil yang menanti kepulangan mereka, ada yang menunggu keadilan untuk mereka, ada yang menangis tak henti-hentinya, tapi apa jawaban dari negara atas hal itu ? Negara menutup matanya, diatas penderitaan keluarga yang meratapi kesedihan dan masih menunggu keadilan datang. 

Untuk Munir, Marsinah, Widji Thukul, dan para korban yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu namanya, jiwa kalian masih hidup hingga generasi saat ini, nafas perjuangan kalian takkan pernah mati, kalian ada dan berlipat ganda. Terimakasih.

Maka sebagai penutup, ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya untuk aksi kamisan yang selalu konsisten selama 17 tahun lamanya, dan terimakasih pula bagi setiap kelompok atau individu yang masih setia untuk melawan ketidakadilan dan terus berjuang. Panjang umur perjuangan. Kebenaran akan terus hidup. Mari saling merangkul bersama untuk melawan lupa, hidup rakyat !!!

"Banyak hal boleh hilang, tapi tidak nurani" -Wayan Gendo 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun