di hatimu adalah salju
adakah penjual wedang ronde di sana?
biar air jahenya yang hangat itu
mengalir dan menjadi sungai
dan biarkan aku tenggelam di dalamnya
menjerit minta tolong
sebagai suara hatimu
untuk mencintai aku…
“TOL…blep…LONG…blep…OLONG…blep…CINTA…blep…TAI…blep…AKU…blep…!!”,
sambil tenggelam ceritanya…
namamu bukan blep
bukan pula slep, jleb, makjleb, maupun makjedeblep…
bukan mereka.
namamu… – untuk sementara ini sedang dalam pencarian
mungkin tak lama lagi
puisi ini kurevisi…
dan kupersembahkan
sebagai salah satu
maskawinnya
tapi matamu masih berdebu
masih sedikit yang tahu
bahwa di balik debu
ada mata yang sayu
kembung perutku bila dilihatmu
seperti oase di gurun
aku meminum airnya seorang diri
dan menjadi enggan berkelana lagi
berbicara masalah gurun
ya senyummu itu bagai gurun
di sana aku kehilangan arah
logikaku dan suara hatiku
menyamarkan tujuanku
entah untuk apa aku cinta kamu?
aku gila!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI