Artificial Intelligence (AI) sudah menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Segala sesuatu yang kita butuhkan dapat kita mintai bantuan kecerdasan buatan untuk memberikan informasi yang sesuai. Setiap orang, khususnya para profesional, termasuk penyuluh agama, mau tidak mau harus melek AI agar dapat meningkatakan mutu penyuluhan sesuai dengan kebutuhan umat di zaman ini.Â
Hal ini merupakan inti materi seminar yang disampaikan oleh RP Chrispinus Silalahi, OFM Cap dalam Pembinaan Kelompok Kerja Penyuluh Agama Katolik yang diselenggarakan oleh Bimbingan Masyarakat Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara di Hotel Siantar, Jumat (13/12). Sebanyak 30 penyuluh Agama Katolik dari berbagai kota/kabupaten di Sumatera Utara mendapat pelatihan memanfaatkan AI.
"Begitu kita membuka aplikasi apa pun menggunakan akun pribadi kita, saat itu juga AI sudah bekerja. AI akan mendeteksi berbagai aspek dalam diri dan kepribadian kita sehingga perangkat pintar dapat memberikan layanan terbaik sesuai kebutuhan kita," ujar pastor Katolik yang sehari-hari berkecimpung dalam bidang pendidikan tersebut.Â
AI diciptakan sebagai perangkat pintar yang dapat membantu kinerja manusia lebih cepat dan akurat. Chrispinus Silalahi mendorong para penyuluh agar kemudahan yang ditawarkan kemajuan teknologi, khususnya AI, hendaknya dimanfaatkan untuk mempermudah berbagai kegiatan kita. AI bukan musuh atau alat yang dapat menggantikan peran manusia, tetapi dapat mengatasi keterbatasan manusia.
"Harus diakui, secara natural, manusia memiliki keterbatasan untuk menyimpan dan menata begitu banyak informasi dan referensi yang diperlukan dalam berbagai kegiatan. Sebaliknya, AI memiliki kelebihan dalam kemampuan menyortir data dan menatanya dengan kecepatan tinggi. Perbedaan inilah yang membantu terwujudnya persahabatan manusia dengan AI," kata Chrispinus.
Chrispinus mengatakan, dengan bantuan teknologi AI, seperti ChatGPT, Gemini, Copilot, dan Meta, penyuluh agama Katolik dapat meningkatkan produktivitas dalam berbagi aspek pekerjaan yang diemban seperti membuat cerita inspiratif berdasarkan Kitab Suci, membuat renungan berdasarkan Bacaan Harian, membuat konten kreatif dan inspiratif tentang Ajaran Gereja Katolik di media sosial.
Chrispinus membagikan pengalaman atau praktik baik bagaimana aplikasi AI membantuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal yang sama juga tentunya dapat dilakukan dalam tugas penyuluhan para penyuluh. Memproduksi lebih banyak konten-konten positif dan membagikannya di media sosial akan memberi dampak luar biasa bagi umat dan masyarakat pada umumnya. AI dapat membantu kita bekerja lebih berdaya guna.
Praktik Langsung
Pada kesempatan itu,para penyuluh langsung melakukan latihan menggunakan beberapa aplikasi AI mulai dari membuat narasi penyuluhan, membuat gambar yang sesuai, dan memproduksi video kreatif. Sambil praktik, Chrispinus Silalahi menjelaskan bagaimana menghasilkan produk AI yang lebih baik, persisi, dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan sasaran penyuluhan.
AI adalah pembantu manusia dalam bekerja. Oleh karena itu, sebagaimana dijelaskan pembicara, semakin tepat petunjuk atau perintah yang kita berikan kepada AI untuk dikerjakan, semakin baik hasil kerjanya. Peserta mencoba beberapa model perintah untuk membiasakan diri menggunakan aplikasi teknologi canggih itu sesuai kebutuhan.
Peserta sangat senang dan bersemangat mengikuti pelatihan menggunakan perangkat AI. Banyak dari peserta belum pernah memanfaatkannya dalam kegiatannya sebagai penyuluh di daerah masing-masing. Kesempatan ini sangat membantu para penyuluh menjalankan tugas dan fungsi mereka saat bertemu dengan kelompok binaan di wilayah kerja masing-masing. (Marulam Nainggolan)