Penyuluh agama Katolik Kementerian Agama Kota Medan tidak hanya menjalankan tugas rutin di bidang penyuluhan masyarakat, tetapi juga siap sedia bekerja sama dengan berbagai pihak di luar kepenyuluhan. Penyuluh turut berbagi pengalaman dan pemahaman tentang pendidikan dengan guru-guru agama Katolik. Hal itu terjadi dalam agenda peningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Katolik Tingkat SMP.
Dihelat di aula Santo Thomas 1, Jl. S. Parman No. 109, Medan, Sabtu (20/7), penyuluh yang selama ini mengajar dan mendalami Kurikulum Merdeka berbagi pemahaman dan pengalaman melakukan asesmen dalam pembelajaran. Kurang lebih 40 guru Pendidikan Agama Katolik hadir, didampingi langsung oleh pengawas masing-masing dan Penyelenggara Bimas Katolik Kota Medan Pinta Omastri Pandiangan, MSP.
Dijelaskan dalam buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI (2022), asesmen adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar peserta didik, yang hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen bagian vital dalam pembelajaran dan keseluruhan pendidikan itu sendiri. Karena itu, asesmen harus dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsinya dan dengan keleluasaan tentang teknik dan waktu yang tepat. Selain itu, asemen harus dirancang secara adil, proporsional, valid, dan reliable. Asesmen harus berisi informasi yang sederhana dan bermakna karena akan dipakai sebagai bahan refleksi pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen harus bersifat holistik, artinya menyentuh seluruh aspek pendidikan, mulai dari afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Karena itu, asesmen yang baik dilakukan dalam seluruh tahapan pembelajaran, mulai dari awal, tengah, dan akhir. Ada dua karakteristik: asesmen formatif dan sumatif. Asesmen formatif bukan untuk nilai rapor, tetapi sumatif dapat digunakan sebagai nilai rapor.
Selama ini, para guru lebih sering menggunakan teknik tunggal dalam asesmen, yaitu tes tulis, entah pilihan ganda, isian, uraian, menjodohkan, dan sebagainya. Padahal, masih ada banyak teknik lain, seperti observasi, penilaian kinerja, tes lisan, dan portofolio. Namun, aneka asesmen ini kurang digandrungi guru karena belum cukup familiar. Karena itu, kepada peserta diperkenalkan instrumen asesmen berupa rubrik.
Rubrik adalah pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik. Keunggulan rubrik adalah meningkatkan objektivitas penilaian, meningkatkan pemahaman murid, memfasilitasi umpan balik yang efektif, bersifat holistik dan efisien.
Contoh asesmen menggunakan rubrik untuk salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Fase D, "Bersama teman satu kelompok, peserta didik dapat melakukan praktik baik meneladani sikap Yesus yang penuh belas kasih kepada sesama dengan benar". Pendidik menetapkan kriteria ketuntasan yang terdiri dari dua bagian: Isi Laporan dan Penulisan. Beginilah rubriknya:
A. Isi Laporan:Â
1. Belum mampu membuat laporan aksi nyata tindakan belas kasih kepada sesama sesuai teladan Yesus Kristus. Ide dan informasi dalam hasil kerja tercampur dan hubungan antarparagraf tidak sinkron. (Perlu Bimbingan)