Peran guru sangat menentukan bagi keberhasilan upaya pendidikan generasi muda, khususnya dalam mengarungi zaman yang senantiasa berubah semakin modern. Oleh karena itu, guru masa kini hendaknya semakin menyadari bahwa menjadi guru adalah sebuah panggilan dan profesi yang perlu dihayati sebagai perpanjangan tangan Tuhan bagi kaum muda sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan konkret.
Hal itu disampaikan oleh Pembimbing Masyarakat Katolik Provinsi Sumatera Utara Marihuttua Pasaribu, S.Ag., M.Si, saat membuka kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Agama Katolik Tingkat Dasar Kota Medan di Hotel Antares, Medan, Jumat (14/6). Pesertanya guru agama Katolik SD Negeri dan Swasta dan Pengawas wilayah Medan Tuntungan, Medan Denai, Medan Kota, Medan Selayang, dan Medan Deli.
Menyetir Dokumen Vatikin II Dekrit Gravissimum Educationis, Pembimas menekankan bahwa "pelayanan para guru sungguh-sungguh merupakan kerasulan, yang memang perlu dan benar-benar menanggapi kebutuhan zaman sekarang, sekaligus juga pengabdian yang sejati kepada masyarakat" (GE art. 8). Dalam konteks itulah para guru didorong agar senantiasa berani membuka diri bagi kemajuan dunia modern.
Agar dapat mendidik para murid sesuai kodrat zaman, para guru tingkat dasar ini diperkaya dengan materi tentang pentingnya pembelajaran inovatif berbasis IT. DR. Din Oloan Sihotang, M.Pd. membuka wawasan peserta dengan realitas anak-anak masa kini yang sudah sangat familiar dengan sarana-sarana teknologi mutakhir. Guru pun harus mampu melayani mereka menggunakan fasilitas yang ada di sekitar murid.
Lebih lanjut, Marulam Nainggolan, S.S., praktisi Pendidikan Agama Katolik, mendorong para guru agar tak jemu-jemu mencari dan mempelajari teknologi yang dapat mempermudah tugas guru menyajikan pembelajaran inovatif dan interaktif. Ciri-ciri pembelajaran menyenangkan antara lain relevan dengan dunia anak, melibatkan pengalaman anak, bermanfaat bagi kehidupan, dan disajikan dengan sederhana.
Sebagai latihan, peserta diajak memainkan beberapa aplikasi digital yang dapat digunakan membantu kegiatan dan pengalaman belajar murid di kelas-kelas. Pembicara menawarkan aplikasi belajar berbasis gim melalui Baamboozle dan Interacty. Baamboozle dapat membuat kuis interaktif, sedangkan Interacty bisa menghasilkan teka-teki silang daring dan luring. Belajar melalui bermain tentu sangat diminati murid.
Juga dilatihkan kepada para peserta teknologi berbasis Artifisial Intelligence (AI), antara lain menggunakan Gamma dan ChatGPT. Akan tetapi, semua alat ini hendaknya digunakan dengan bijak sungguh-sungguh mendukung para murid untuk mencari kebenaran dan kebaikan. Selain itu, guru juga perlu menyadari bahwa pribadi guru yang dirindukan murid jauh lebih penting dari semua yang dia ajarkan lewat teknologi.
Sementara itu, pada sesi penutupan, Penyelenggara Bimas Katolik Kota Medan Pinta Omastri Pandiangan, MSP. berpesan agar setelah kegiatan ini peserta dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik dan menyenangkan kepada para murid. Ditekankan pula bahwa guru bukan hanya mengajar, tetapi seperti dikatakan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. (MN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H