Mohon tunggu...
Bim bim Lalala
Bim bim Lalala Mohon Tunggu... -

Just anonimous

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bom, Teroris: Umat Islam Atau “Pasti Ulah Zionis Yahudi - Amerika”?

12 November 2011   23:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas mungkin memancing tanda tanya besar atau provokatif sifatnya bagi sebagian orang. Akan tetapi tulisan ini tidak akan terfokus dan memang bukan ditujukanuntuk mengupas jawaban dari pertanyaan judul di atas. Sengaja saya mengambil judul seperti itu terutama untuk kalimat “pasti ulah zionis Yahudi dan Amerika” karena  terinspirasi dari celotehan bernada sinis atau barangkali hinaan yang pernah saya temui dan lumayan sering dari waktu ke waktu di saat-saat tertentu di beberapa kolom komentar pembaca untuk artikel berita situs online. Kalimat sinis dan ejekan kepada pembaca muslim tersebut dilontarkan biasanya ketika ada suatu kasus negatif terjadi yang melibatkan atau membawa nama umat Islam. Barangkali memang karena pernah atau ada beberapa umat Islam mengeluarkan pernyataan bernada ketidakyakinan dalang atau pihak di balik layar suatu aksi terorisme adalah umat Islam dan lebih memilih curiga kepada pihak-pihak yang membenci Islam yang sengaja hendak menjatuhkan dan memonjokkan Islam sehingga terkadang muncul istilah (bom, teroris) itu ulah intelejen asing zionis Yahudi atau Amerika yang bekerja di negeri ini.

Kalimat seperti itulah yang kemudian diambil oleh pihak-pihak yang mengambil momentum untuk mengejek umat Islam yang sering menyalahkan Amerika atau zionis Yahudi untuk berlindung atau mengambil alasan dalam kejadian yang melibatkan umat Islam sendiri.

Saya akui kalimat tersebut memang pernah atau ada muncul dari beberapa muslim, bahkan banyak barangkali yang masih berpikiran seperti itu. Tapi tahukah kenapa bisa-bisa sampai muncul kalimat yang bernada ketidak-percayaan atau penyangkalan pada sesuatu yang ada rujukan fakta-faktanya?

Jawabannya : karena memang kami umat Islam sendiri (atau barangkali cuma sebagiannya) dan termasuk diri saya bingung !

“Lho, bingung kenapa?”

Penulis lahir dari keluarga Islam, dan mendapat nilai-nilai Islam dari kecil hingga dewasa. Ya, cukuplah mungkin lumayan pengetahuan agamanya untuk kalangan orang awam berhubung memang penulis suka membaca dan rajin belajar agama di waktu kecil.  Belajar agama dari orang tua, dari ustadz mengaji, dari guru agama. Juga mendapatkan ilmu dari berbagai macam buku-buku yang sudah pernah dibaca dari kecil, artikel-artikel, majalah-majalah, situs-situs online, dan dari kelompok pengajian. Juga dari waktu ke waktu membaca Al Quran dengan hampir selalu merujuk pada terjemahan atau tafsirnya. Ya, sebagaimana orang-orang muslim kebanyakan lainnya, maka begitu pula penulis mendapatkan pengetahuan akan agama Islam ini.

Akan tetapi, setelah itu semua, dari dulu hingga sekarang, tak pernah penulis sampai pada kesimpulan yang akan mengakibatkan penulis melakukan hal-hal yang pernah dilakukan teroris; bahkan terlintas di pikiran saja tidak. Tak pernah penulis terinspirasi atau merasa terpanggil untuk melakukan sebuah aksi atau bom bunuh diri karena menurut pemahaman penulis, Islam mengutuk orang yang membunuh dirinya sendiri dengan ancaman kekal di neraka selama-lamanya diakibatkan mereka putus harapan terhadap TuhanNya yang sebenarnya sangat sayang pada mereka melebihi sayangnya mereka pada diri mereka sendiri.

Tak pernah penulis diajarkan atau telah tersetting otaknya, dengan mempelajari atau mendekat pada ajaran agama Islam, sehingga memiliki pemikiran untuk menghabisi  setiap orang non-muslim yang ditemui atau dikenal karena memang sekali-kali tidak pernah Islam sebagaimana yang telah dipelajari dan diketahui penulis menanamkan atau menyuruh bertindak seperti itu. Malahan utusan Allah, Nabi Muhammad SAW saja, sebagaimana dinarasikan Al Qur’an sebagai “uswatun hasanah  liman kaa na yarjullaaha wal yaumul  akhir” (suri tauladan yang baik bagi siapa yang hendak menuju Allah dan mengharapkan (kebaikan) di akhirat), tidak pernah mencontohkan hal seperti itu.

Nabi Muhammad SAW pernah dikejar-kejar orang-orang suatu desa baik tua-muda, pria -wanita dengan dilempari batu sampai-sampai penuh luka di sekujur tubuh. Alkisahnya Allah memberikan pilihan kepada beliau, dengan diturunkannya malaikat, jika beliau setuju maka akan dihukum penduduk desa tersebut dengan bukit yang akan dijungkirbalikkan pada mereka. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW memilih untuk memaafkan mereka beralasan mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.

Beliau setiap kali hendak berangkat sholat Subuh, dalam perjalanannya, selalu dilempari kotoran oleh seorang wanita nonmuslim dari kaumnya, namun beliau hanya diam saja dan mencucinya setiba di mesjid. Suatu ketika sudah beberapa hari tidak ada lemparan kotoran yang beliau terima dan sampailah berita bahwa ternyata wanita tersebut sedang sakit, beliau malah langsung menjenguknya sambil mendoakan kesembuhan wanita tersebut tanpa ada rasa dendam. Begitu juga ketika terjadi penaklukkan kembali kota Mekkah oleh kaum muslimin dimana sebelumnya umat muslim terpaksa keluar dan terusir dari kampung halamannya tersebut, dan banyak sudah orang-orang yang mereka sayangi baik dari karib kerabat maupun sahabat yang terbunuh oleh kaum nonmuslim Mekah, termasuk paman Nabi Muhammad sendiri yang tubuhnya dicincang-cincang tanpa bentuk dalam suatu perang sehingga bisa dikenali sedikitpun lagi dan jantungnya dimakan oleh seorang wanita. Akan tetapi semua orang kafir di kota Mekah, dalam peristiwa penaklukkan kota Mekah dengan teriakan takbir tahmid dan tahlil tersebut, termasuk wanita yang memakan jantung paman yang disayangi oleh Nabi, diampuni dan dilindungi nyawanya oleh beliau.

Orang kafir yang nyata-nyata memusuhi baginda Rasulullah saja beliau bertindak pemurah dan pemaaf, bagaimana mungkin beliau sudah mengajarkan kami, umat Islam, untuk memusuhi dan menyerang orang-orang non-muslim yang tidak menunjukkan permusuhan, dan malah bekerja sama dengan umat Islam di negeri yang sama-sama di tempati, di negara yang mayoritas pemeluknya muslim ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun