Makanya sebagian besar kami umat Islam, termasuk diri saya sendiri, menjadi bingung dengan kondisi teror atas nama Islam saat ini.
Jika mereka, kelompok-kelompok yang berusaha menyudutkan Islam, menuding bahwa kaum teroris muslim tersebut tercuci otaknya dengan ayat-ayat Al Quran yang menyuruh perang, jihad, atau membunuh orang kafir; maka ketahuilah pemahaman atau tudingan mereka itu salah kaprah. Ketentuan jihad itu tidak bisa dilakukan secara asal dan seenaknya karena secara syar’i terkait dengan tindakan politis-kepemimpinan di bawah sebuah komando pimpinan umat Islam bersatu (dimana saat ini tidak ada hal yang demikian) diakibatkan suatu sebab, setelah melalui suatu tahapan tertentu seperti diplomasi, dimana seringkali terjadi dalam rangka pembelaan diri atas ancaman kelompok-kelompok yang nyata-nyata berusaha menghancurkan umat Islam. Itupun jihad dilakukan dengan adab-adab yang jelas seperti dilarangnya menyerang wanita, anak-anak, dan orang-orang yang tak terlibat. Silahkan tunjukkan ayat AL Quran dalam konteksnya yang benar (tidak diambil sepotong-sepotong untuk membelokkan artinya) dimana Allah menyuruh untuk sebisa mungkin menghabisi setiap non-muslim. Yang ada hanyalah contoh dari salah satu ayat Al Quran dalam surat Al Mumtahanah : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Tidakkah diperhatikan bahwa ada kebebasan beribadah atau menjalankan syariat agama masing-masing bagi non-muslim di negara-negara muslim ? Dan memang seperti itulah kami umat Islam sebenarnya diajarkan. Dan perhatikanlah berapa banyak negara-negara non-muslim yang melarang, atau menyulitkan umat Islam untuk beribadah atau dalam semata-mata menjalankan perintah agama. Paling tidak itulah kenyataan dan pemahaman yang penulis pahami dari agama ini.
Demi Allah, penulis tidak pernah sekalipun mendengar atau mendapati suatu kejadian dimana umat non-muslim dilarang minta izin untuk beribadah ketika mereka ada terikat dalam suatu kegiatan atau kerja dengan seorang muslim. Yang didapati penulis hanyalah kasus-kasus dimana seorang muslim yang kebetulan bekerja bagi seorang non-muslim mendapat kesulitan untuk sholat, malahan dilarang, di negeri yang katanya mayoritas muslim ini (catatan : hanya kasus per kasus, tidak boleh men-generalisir hal ini).
Contoh lain, sejarah pernah mencatat (dan diakui akademisi barat) bagaimana besarnya tragedi kemanusiaan dengan tumpahnya darah dimana-mana ketika Yerussalem jatuh ke tangan nonmuslim di abad dalam suatu perang yang berlangsung berabad-abad dalam fase-fasenya ketika itu, dan lihatlah bagaimana sejarah mencatat bagaimana pemurah, pemaaf, dan beradabnya umat Islam ketika Yerussalem kembali ke tangan umat Islam di bawah pimpinan Sholahuddin Al Ayyubi (Saladin) di kala itu. Lihat jugalah bagaimana perlakuan yang pernah dialami umat Islam di Spanyol yang dihabisi beserta tragedi kemanusiaan nya dan terusir total ketika bumi Andalusia di jazirah Iberia (Spanyol dan Portugal) takluk kembali ke tangan nonmuslim.
Kalau pada kenyataannya kemudian ternyata kasus-kasus teror yang dilakukan oleh seorang muslim, atau mengatasnamakan Islam pada saat ini, makanya tak heran penulis dan banyak umat Islam menjadi bingung. Kenapa muncul kadang-kadang kalimat-kalimat dari umat Islam bahwa pasti ini di belakangnya antek-antek zionis atau Amerika yang berusaha untuk menjelek-jelekkan Islam (wallahu ‘alam), sebenarnya tak terlepas dari kebingungan kami akan sebuah paradoks antara yang dipahami akan agama Islam yang kami anut dengan kenyataan aneh yang berlaku saat ini. Kenapa malah tudingan sering ditujukan pada Amerika atau zionis Yahudi ? Tak lain tak bukan karena memang kedua kelompok ini pada kenyataannya dalam berbagai tindakan mereka, baik sengaja atau tak sengaja, seringkali menyakiti hati umat Islam, terutama dalam kasus kebijakan dan ketidakadilan dalam masalah Palestina, kemudian juga merembet pada masalah negara-negara lain seperti masuknya tentara asing ke Iraq tanpa alasan yang bisa dibenarkan dan terbukti kebenarannya.
Perlu sejenak kita balik ke belakang ke beberapa tahun silam sebelum tahun 2000 an. Apakah terdengar berita kasus bom dan teror atas nama Islam ? Apakah Islam sudah dikaitkan dengan terorisme di kala itu dan sudah berlangsung lama? Jawabannya tidak kan ? Yang sudah ada sejak beberapa saat hanyalah kasus perjuangan rakyat Palestina, dan itu pun terjadi dalam ruang lingkunp teritorial mereka yang terbatas. Sungguh mengidentikkan Islam dengan teroris merupakan sebuah hal yang baru, terutama dalam dasawarsa terakhir ini.
Agama Islam bukanlah sebuah agama dan keyakinan baru, bahkan sudah muncul semenjak 14 abad yang lalu. Sudah berbagai fase sejarah Islam terlibat dan ikut mengambil peran dalam kemanusiaan dan kebudayaan. Banyak juga kontribusi Islam kepada umat manusia di berbagai bidang termasuk ilmu pengetahuan, walaupun hal ini banyak yang terlupakan atau sengaja ditutup-tutupi atau dikaburkan oleh banyak pihak. Dan Islam pun sudah berinteraksi dengan berbagai macam kebudayaan dunia sejak dahulu kala, sebagaimana pesatnya perdagangan antara Arab dan Asia Timur di kala itu. Islam pun sempat menjadi pusat kebudayaan dunia, dengan kota-kota megapolitannya di kala itu, seperti halnya Baghdad yang didatangi semua pedagang dan kaum intelektual dunia dengan bahasa Arab menjadi bahasa paling penting di dunia saat itu. Eropa dan barat pun mengenal dan tersentuh dengan peradaban Islam, di tambah lagi dengan munculnya pusat-pusat Islam di Andalusia Spanyol : Cordoba, Granada, pada akhirnya Eropa pun banyak belajar dan memanfaatnya untuk kebaikan mereka sehingga muncullah Renaissance atau awal kebangkitan mereka. Islam pun pada akhirnya juga dipeluk oleh berbagai macam manusia, tidak hanya Arab, tapi nyaris saat ini Islam ada di semua suku bangsa, tersebar di berbagai pelosok dan belahan dunia. Oleh karenanya, tidaklah adil menyebut atau mengidentikkan Islam atau pengikutnya dengan sebutan teror dan teroris hanya dengan kejadian yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir ini saja.
“Lantas kenapa kok ada umat Islam sekarang ini yang seakan-akan hobi nya ngebom sana sini, atau bom bunuh diri, dan membuat teror dimana-mana ?”
Kenyataannya lebih banyak umat Islam yang baik-baik dan adem-adem saja, baik yang agama Islam nya sekedar KTP, maupun yang rajin beribadah dan dekat dengan agamanya. Para pembuat onar tak lain tak bukan hanyalah oknum oknum yang jumlahnya bisa dihitung jari dari jumlah umat Islam yang milyaran di seluruh dunia. Itupun, banyak di antara umat Islam yang adem-adem itu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kenapa bisa ada di antara mereka yang melakukan teror atas nama Islam, sesuatu yang tak masuk akal di hati dan pikiran mereka sebagai pemeluk agama Islam yang juga taat dan baik.
Akan tetapi, sebenarnya kita bisa membuka pikiran lebih lebar untuk memahami sebuah fenomena tersebut. Dalam hal ini penulis melihat istilah terorisme Islam ini baru ada semenjak kemunculan Osama bin Laden dengan gerakannya. Kalau tak salah ingat, ia lah dengan kelompoknya yang pada awalnya mulai menarik perhatian dunia, hanya beberapa tahun sebelum peristiwa penyerangan terhadap menara kembar WTC di Amerika, dengan melakukan pemboman-pemboman di kedutaan-kedutaan dan kantor diplomat barat yang dianggap dekat dengan Israel dan menyudutkan Palestina. Kemudian terjadi peristiwa menghebohkan yang menghancurkan WTC di Amerika Serikat tersebut, sehingga mulailah hal ini menarik perhatian semua warga dunia (terlepas dari kontroversi teori konspirasi yang sudah ada dan makin banyak diyakini orang yang menyebutkan peristiwa ini diskenario orang-orang di Amerika Serikat sendiri untuk melegitimasi perang “War on Terror” mereka). Amerika Serikat pun kemudian menginvasi Afganistan yang sedang dikuasai Taliban yang dianggap melindungi Osama. Afganistan pun jatuh, tapi sampai sekarang perang masih tak selesai. Kemudian Amerika pun menyerang dan menguasai Iraq dengan Saddam Hussein nya karena dianggap memiliki senjata pemusnah massal yang membahayakan dunia dan Amerika (dan ternyata tak terbukti). Beriringin dengan hal tersebut, media juga disibukkan dan dihiasai dengan aksi teror atas nama Islam yang makin merebak di berbagai belahan dunia, mulai dengan bom-bom di stasiun-stasiun kereta bawah tanah Eropa, bom bunuh diri di sana sini, munculnya kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Osama baik di Asia Tenggara dengan Jamaah Islamiyahnya, di Filipina dengan Abu Sayyafnya, di Chechnya, Pakistan, Thailand selatan, India, Somalia, Yaman dsb. dengan namanya masing-masing dan aksi terornya masing-masing. Di Indonesia pun terjadi bom bom, baik yang menargetkan turis barat di Bali, warga asing di kedutaan besar asing, hotel yang banyak disinggahi warga asing, dan malah yang terakhir di gereja. Padahal di antara bom-bom tersebut banyak juga umat Islam sendiri yang menjadi korban.