Saat tahun pertama memulai dan mendirikan bimbel, rasanya seperti berjalan di atas seutas tali dengan jurang di bawahnya. Sendirian, belum ada murid, tidak memiliki dana, bingung harus mulai melakukan apa. Guru banyak yang keluar masuk, karena gaji kecil. Berikut saya ceritakan pengalaman saya, dari tahun pertama sampai tahun sekarang. Tahun pertama: Mendirikan bimbel di tempat yang tidak begitu asing bagi saya (karena dulu saya pernah mendirikan bimbel di wilayah dekat situ) memudahkan saya mengenal "medan"nya. Salah satu yang menjadi hambatan saya adalah saya bukan orang situ dan saya bukan seorang guru. Oleh sebab itu saya mengajak teman saya yang baru lulus kuliah untuk memulainya dan ayah nya seorang kepala sekolah di dekat daerah situ. Hasilnya lumayan ada. Murid adalah sedikit. Tujuan saya mendirikan bimbel di sekitar Rorotan sebenarnya tidak ingin mencari massa yang banyak, dikarenakan niat awal saya adalah mendirikan jaringan bimbel Senyum ke seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, waktu itu murid sudah banyak, tiba-tiba ada guru yang keluar dan guru tersebut mengajak murid tersebut padahal guru tersebut memulai dari nol dari bimbel Senyum. Saya tidak marah dengan guru tersebut, karena dalam hati saya rezeki orang sudah ada porsinya dan tidak akan mungkin tertukar. Saya mendapatkan karyawan yang salah pertama mendirikan bimbel, tetapi itu bukan merupakan kesalahan. Tetapi hal tersebut merupakan pembelajaran bagaimana kita menghadapi orang-orang yang seperti mereka. "Sebelum mendapat orang yang benar, kita harus mendapat orang yang salah terlebih dahulu". Saya ingin mendirikan jaringan bimbel Senyum bukan tanpa persiapan apa-apa. Saya memiliki ribuan soal, bahkan sampai jutaan soal yang telah lengkap dari SD-SMA. Cabang pertama saya berasal dari Jambi Tebo, dia membayar franchise setengahnya dan sampai sekarang belum membayar sisanya. Cabang yang kedua terdapat di Cibinong, itu merupakan teman kuliah saya. Dan cabang ketiga pun yang berada di Bekasi Tambun, juga merupakan teman kuliah saya. Cabang keempat, berada di Ciputat, awalnya mereka baik, dan kalau saja mereka tahu, merka mendapat potongan lebih banyak, dikarenakan saya yang membantu mereka mulai dari membbuat brosur, spanduk, dan lain-lain. Saya mengikuti kemauannya, tetapi saya dianggap begitu saja oleh mereka. Cabang kelima, merupakan saudaranya yang berada di ciputat tetapi membuka bimbel Senyum di sekitar wilayah Rorotan. Sekali lagi, saya membantu dengan tulus tetapi telah dimanfaatkan oleh mereka. Cabang keenam ada di Padang, dengan nama Senyum Juara. Saya tidak marah dengan dia walaupun dia membuka cabang lagi di Padang tanpa memberitahu kepada saya. Cabang yang ke tujuh berada di Surabaya, awalnya di yakin akan berjalan tetapi ada keaadaan dimana temannya sudah membuka bimbel, Cabang kedelapan berada di Kota Jambi. Ini lebih parah lagi, saya datang ke Jambi seminggu sebelum Launching, katanya tempatnya sudah ready. Tetapi setelah saya tiba di tempatnya, saya sungguh kaget, ruko tersebut belum selesai dan hancur berantakan. Mulai dari belum dikeramik, sampai di kamar mandi belum dibersihkan. Karena saya tidak ingin dia malu, akhirnya saya membantunya mulai dari mengepel, membuat surat, bahkan sampai mencuci kamar mandi dan toiletnya yang jorok dan bau. tetpai alhamdulillah launching tepat waktu dan saya pergi kembali ke Jakarta setelah Launching. Setelah saya sampai di Jakarta, alangkah kagetnya saya di telepon bahwa saya tidak menghormatinya kenapa setelah launching langsung pulang. Padahal hal tersebut merupakan salah dia, karena dugaan saya tempatdan sarana telah jadi ternyata belum, dan guru yang saya rekomendasikan pun tidak di terima olehnya. Untuk cabang selanjutnya nanti saja saya ceritakan. Asal cabang-cabang Senyum tahu, saya memberikan ini bukan karena materi,, tetapi dikarenakan ingin membantu mereka, tolong hargailah hasil karya dan kerja keras orang lain. Oleh sebab itu, saya berjanji saya akan membuka Senyum dengan tangan saya sendiri dan tidak akan membuka franchise dan menjual soal lagi bulan Juli. Kenapa saya lakukan bulan Juli, kenapa tidak sekarang. Hal itu dikarenakan semoga saya mendapat orang yang baik, demi majunya pendidikan di Indonesia. Semangat!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H