Fajar berlari mengejar 2 layang-layang yang putus di lapangan bola sudut kampung. "Jar, bambunya ketinggalan" Ujang berteriak dari kejauhan. Kembalilah Fajar dengan terburu-buru agar 2 layang-layang itu tak diambil orang lain. Mereka adalah 2 sijoli dari Kampung Durian Jatuh. Usianya udah belasan tahun. Tapi masih kerap bermain permainan anak-anak. Dan main layang-layang, adalah salah satu kegemaran mereka saat sore akan menjelan.
Semakin layang-layang terbang tak karuan diatas awan. Kesana kemari dan diikuti oleh Fajar yang terus mendongakkan. Â Sembari memegang bambu, berlari cepat bagai atlit marathon Sea Games 2020.
Sekian lama terbawa angin. 1 layang-layang tersangkut di kabel listrik tengah jalan. Dan satu masih saja tersapu oleh angin sore. Hingga sampailah di pohon mangga halama sebuah rumah Joglo. Memanjatlah Fajar dengan keringat deras karena terlalu jauh berlari. Layang-layang kecil itu berada pas dibawa ranting kecil berbuah.
"Fajar! Kamu ngapain manjat pohon mangga ku!" Suara teriakan lembut dari jendela rumah. Terkaget-kaget Fajar dengan suara itu. "Senja!? Kamu sendiri ngapain disini? Aku lagi ngambil layang-layang nih" jawab Fajar dengan gugup. "Ini rumahku. Ya semestinya lah aku disini. Yang aneh malah kamu manjat pohon mangga ku?" Balas Senja dengan santai.
Turunlah Fajar dari pohon mangga itu. Disusul Senja keluar menuju teras rumah. Yang kemudian duduk di kursi rajutan bambu membawa poci berisi air minum. "Sini duduk Jar!?" Dipersilahkan Fajar untuk duduk di teras rumah sederhana itu. Dan bergegaslah Fajar untuk duduk karena tau sosok wanita yang memanggilnya adalah Senja.
Senja adalah teman satu kelas Fajar di bangku SMA. Lama tak bertemu karena sekolah diliburkan akibat pandemi. Ngobrol sejenak menceritakan alasan Fajar memanjat pohon mangga. Tertawa berdua dengan air mata. Sampai lupa waktu.
Sore menjelang tapi obrolan tak kunjung di penghujung jalan. Berlanjut ke obrolan ringan seputar dunia yang penuh dengan diksi, puisi, dan kata-kata berjuta tanda tanya. Suara speaker masjid lah yang mengingatkan mereka bahwa waktu benar-benar sudah sore. Fajar pamit untuk pulang. Terlupa dengan layang-layang yang tersangkut di ranting pohon mangga. Berjalan dengan tangan kosong. Hanyalah bambu yang berada dalam genggaman. Menyusuri jalanan penuh pepohonan pinus menjulang tinggi.
Dengan senyum Fajar melangkahkan kaki. Bertemu sosok Senja secara kebetulan. Dengan cara yang sedikit absurd. Namun, menjadi sedikit cerita untuk Fajar di esok hari kepada Ujang sang sahabat. Tentang bertemunya Fajar dan senja. Yang hanya dipisahkan Jarak antara Pagar dan Ilalang.
Create by Bima Widjanata Suwaji
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H