“Nelson adalah seorang anak usia dua tahun yang tinggal dengan kedua orang tua dan tiga saudarinya, ayah Nelson adalah seorang penjahit dan ibunya adalah seorang pembuat boneka dengan penghasilan pas-pasan. Dengan keadaan tersebut nelson dan keluarganya hidup sederhana, terlebih lagi dia mempunyai tiga saudara perempuan. Setiap hari nelson hanya bermain dengan ketiga saudara perempuannya karena rumahnya jauh dari pedesaan, anak terakhir dari empat bersaudara tersebut telah terbiasa bermain dengan saudara-saudaranya yang pada hakikatnya ber-gender perempuan. Begitu pula dengan permainan yang mereka mainkan, anak dari seorang penjahit tersebut hanya bermain dengan boneka karena ibu mereka hanya memiliki boneka dan tidak mampu untuk membelikan mainan khusus untuk Nelson. Saat Nelson menginjak usia sekolah dasar dia hanya berteman dengan perempuan, gaya berjalannya, gaya bicaranya dan tingkah lakunya mirip dengan seorang perempuan. Nelson sangat sulit berteman dengan laki-laki karena dia tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan temannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
Dari kutipan cerita pendek diatas dapat kita simpulkan bahwa Nelson menganggap dirinya adalah perempuan, hal tersebut terjadi karena konsep diri yang ditanamkan pada dirinya adalah perempuan sehingga segala aspek yang ada pada dirinya saat ia dewasa menyerupai perempuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri pada anak usia dini. Sebelum kita mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, alangkah baiknya jika kita mengetahui apakah yang dimaksud dengan konsep diri. Konsep diri adalah gambaran keseluruhan dari kemampuan dan karakter khusus kita. Ini merupakan “konstruksi kognitif…. Sebuah sistem deskriptif dan evaluative yang merepresentasikan diri” yang menentukan bagaimana kita merasakan diri kita dan menuntun perilaku kita (Harter, 1996, hlm. 207).
Salah satu hal yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri adalah Identitas Gender, yaitu kesadaran akan jenis kelamin. Dalam kasus diatas Nelson yang pada hakikatnya adalah seorang laki-laki tidak mampu mengidentifikasi dirinya sendiri, dia merasa bahwa dirinya adalah perempuan. Mengapa demikian? Hal tersebut terjadi karena lingkungan tempat ia tinggal memiliki pengaruh yang sangat besar pada pengonsepan diri. Secara fisik, perbedaan gender pada anak laki-laki lebih tingginya tingkat aktifitas, penampilan motorik yang lebih baik terutama setelah masa pubertas, dan agresi fisik yang cenderung tinggi (hyde,2005). Satu-satunya anak laki-laki dari keempat bersaudara tersebut aktifitasnya terhambat karena ia hanya bermain dengan saudara perempuannya, begitu pula jenis mainan yang ia digunakan, ia hanya bermain dengan boneka yang tidak memerlukan aktifitas tinggi. Demikianlah bagaimana gender, lingkungan sosial dan jenis permainan mempengaruhi konsep diri pada anak usia dini.
Faktor lain yang mempengaruhi konsep diri adalah gaya pengasuhan orang tua. Pada dasarnya pola pengasuhan anak ada tiga macam ; pola asuh otoriter yang identik dengan penekanan terhadap anak, permisif yang sedikit memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi dengan mereka dan otoritatif yang menekankan pada individualitas anak. Dalam kasus diatas, orang tua Nelson yang sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan Nelson dan saudara-saudaranya sangat jarang sekali berinteraksi dengan Nelson. Anak terakhir dari empat bersaudara tersebut lebih sering berinteraksi dan bermain dengan ketiga saudara perempuannya, secara tidak langsung pengasuhan Nelson diserahkan pada tiga anak kecil perempuan yang belum mengerti tentang bagaimana mengasuh anak. Setiap hari Nelson hanya mengikuti kakak-kakaknya bermain, ia tidak mengerti apakah permainan tersebut sesuai dengannya. Pada akhirnya, Nelson terbiasa dengan permainan kakak-kakaknya dan tanpa disadari semua aspek dalam dirinya seperti cara berjalan, cara berbicara dan tingkah lakunya menyerupai kakak-kakak perempuannya.
Untuk menghindari hal-hal diatas, orang tua yang baik seharusnya memperhatikan anaknya dari semua aspek kehidupan anaknya. Orang tua yang baik akan memberikan pengasuhan yang baik pada anaknya, mereka juga akan menentukan permainan yang pas untuk anaknya sesuai dengan tingkat kognitif anaknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI