Guru Besar tidak hanya memiliki tugas penting untuk menjadi panutan saja, tetapi juga sebagai contoh baik bagi mahasiswanya. Jika guru besar melakukan plagiarisme, ia pasti akan mengacaukan reputasi guru besar lain yang sudah susah payah melakukan tugasnya.
Seorang guru besar yang melakukan plagiarisme sudah pasti akan menghancurkan reputasi dari berbagai pihak akademis. Dari kasus Profesor Kumba, kasus plagiarisme3 dapat disebabkan oleh jumlah pekerjaan yang besar disertai dengan kerakusan/keinginan untuk menjadi dosen besar. Selain itu, dapat dikatakan bahwa penyaringan karya tulis ilmiah di Indonesia masih sangat kurang jika plagiarisme dari seorang profesor dapat diabaikan sampai sekarang. (https://nasional.tempo.co/read/1869743/pengusutan-kasus-dugaan-pelanggaran-akademik-kumba-digdowiseiso-kemendikbud-tim-masih-bekerja)
Dikutip dari Tempo.co news (2024), Profesor Kumba dicurigai melakukan plagiarisme berat di beberapa karyanya. Berdasarkan Trinunnews.com (2024), Kumba mengatakan bahwa ia telah mengundurkan diri dari Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Unas. Pada hari Kamis, 18 April 2024, ia menyatakan bahwa alasan pengunduran dirinya berupa bentuk pertanggungjawaban akademis kepada Rektor Universitas Nasional (Unas) dan sivitas akademika agar tidak membebani kampus dalam melakukan investigasi terhadap persoalan yang sedang dihadapi. (https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/pendidikan/2024/04/18/heboh-dugaan-plagiat-karya-ilmiah-prof-kumba-mundur-dari-kursi-dekan-feb-unas)
Dikutip juga dari Tempo.co dan Kompas.com (2024), pengecekan di Turnitin memberikan hasil berupa kesamaan sebanyak 96 sampai 97 persen dalam tiga artikel. Direktorat Sumber Daya Ditjen Dikti membentuk Tim Integritas Akademik untuk menindaklanjuti kasus ini berdasarkan pernyataan kata Harris ketika dihubungi Ahad, 19 Mei 2024. Selain itu, Rektor Unas, El Amry Bermawi Putera, juga membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) mengusut kasus ini pada Sabtu, 20 April 2024. (https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/27/181500365/buntut-pencatutan-nama-di-karya-ilmiah-kumba-digdowiseiso-dicopot-dari?page=all)
Profesor yang melakukan plagiat sama saja dengan burung camar di pantai. Berterbangan seakan burung yang hebat, hanya untuk mencuri benda milik orang lain. Warna putih bulunya tidak layak sekali dengan tindakan yang dilakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H