Lebih baik memberikan kesempatan kepada seseorang yang mau berjuang untuk memperbaiki semua yang telah berlalu itu, memang sulit, sangatlah sulit. Daripada kita memberikan sesuatu yang baru tetapi disia-siakan.
Sebagai manusia, kita semua pasti melakukan berbagai dosa yang jumlahnya pasti tidak terhitung. Pada akhir hayat kita, semua dosa kita pun menjadi penentu apakah nyawa kita layak atau tidak. Tetapi, diberikan kesempatan kedua bahkan setelah kematian seolah dan memang merupakan fantasi saja. Tetapi, ini bisa menjadi suatu titik balik yang besar. Titik balik untuk memperbaiki semua kesalahan yang ada.
Novel kolaboratif karya kelas 11-3 Kolese Kanisius berjudul Re-Life membawa arti mengulang hidup menjadi lebih emosional. Kisah yang diceritakannya penuh dengan realita, baik rasa sesat di jalan, kehilangan maksud, penyesalan, keberanian untuk menegakkan keadilan, hingga kelegaan akan keberhasilan. Sebuah kisah yang membawa pembaca dalam suatu roller-coaster emosi yang sangat berlikuk-likuk.
Dalam kesepian apartemennya yang suram, Allison seringkali merenungkan tentang makna hidupnya yang terasa terombang-ambing. Dia merindukan rasa memiliki tujuan yang jelas, sebuah perasaan untuk mempersembahkan sesuatu yang berarti bagi dunia di sekitarnya. (hlm. 6)
Kisah tentang seorang Allison yang telah menjalani hidup yang penuh perbuatan salah, seperti kita sendiri yang sering melakukan dosa-dosa yang tidak terhitung jumlahnya. Novel ini pun membawakan cara pandang isekai yang baru sekali. Cara penulisannya pun menggunakan kata-kata yang sangat cocok, membuat para pembaca tenggelam dalam emosi yang dirasakan tokoh utama itu sendiri. Selain itu, pandangan orang ketiga digunakan dengan sangat pas hingga pembaca pun tidak menyadarinya karena emosi yang ditunjukkanya. Pembagian bab pun tidak seperti novel lain, yang hanya memuat beberapa saja sehingga para pembaca tidak merasa bosan akan jumlah bab yang sangat banyak.
Namun, seperti semua ciptaan manusia tidak sempurna seperti ciptaan Tuhan, begitu pula novel ini tidak sempurna. Salah satu kekurangan terdapat dalam penyusunan paragraf. Satu paragraf sendiri mengandung sangat banyak kata yang seharusnya dapat dipisahkan dengan paragraf yang baru sehingga pembaca seakan membaca suatu jurnal penelitian. Jurnal penelitian yang penuh emosi.Â
Selain itu, posisi daftar isi di halaman terakhir membuat para pembaca sedikit tersesat walaupun pada akhirnya para pembaca terpaksa membaca seluruh isi novel tersebut sebelum menemukan daftar isi tersebut. Terdapat juga sedikit ketidaklarasan alur antara bab empat dan bab lima. Sebagian bab 5 pun terasa kurang mengalir dengan sempurna karena berupa pertanyaan tentang bab pertama. Terakhir, format teks dalam novel terlihat kurang cocok. Tempat istirahat mata sangat sedikit terutama karena jarak spasi baris yang kecil sehingga membuat pembaca sedikit kewalahan saat membaca novel ini.
Allison sadar bahwa ia terbaring pada sebuah kasur rumah sakit, dipenuhi dengan balutan dan juga sebuah infus darah tiDeckerA+ yang dipasang pada tangan bagian kirinya. (hlm.. 69)
Allison merasa bahwa hidupnya sendiri sekarang sudah terlalu rumit. Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Setiap malam, ia sering bertanya ke diri sendiri. (hlm. 74)
Novel isekai yang menceritakan seseorang yang mengulang kehidupannya untuk memperbaikinya memang menjadi sebuah saingan cerita yang serupa. Kisahnya yang sangat emosional sangat mengenai hati para pembaca dalam tingkat yang tak terbayangkan. Setiap kalimat dan kata yang digunakan telah disusun dengan sangat pas membentuk suatu karya yang mampu memberikan suatu amanat yang sangat mengenai hati para pembaca serta membangun kembali minat anak muda dalam membaca atau bahkan menulis. Memang masih ada sedikit kesalahan yang terjadi. Namun, kesalahan inilah yang membuktikan bahwa novel ini dibuat dengan jerih payah para siswa yang memberikan segenap jiwa mereka dalam membuat karya ini.