Mohon tunggu...
M.F.A. Bima Sakti
M.F.A. Bima Sakti Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi, Aktivis Mahasiswa, Digitalpreneur

Terus tumbuh dan berkembang 1% setiap hari secara konsisten.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teriak Digitalisasi, Tapi Diri Sendiri Tidak Terdigitalisasi

25 Juli 2024   14:09 Diperbarui: 25 Juli 2024   14:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh : Bima Sakti

Di era digital saat ini, banyak individu dan organisasi yang gencar menyuarakan pentingnya digitalisasi. Mereka berbicara tentang revolusi industri 4.0, internet of things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan (AI). Namun, ironisnya, masih banyak dari mereka yang secara pribadi belum benar-benar mengadopsi gaya hidup dan mindset digital. Digitalisasi telah menjadi kata kunci dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan, bisnis, hingga pemerintahan. Di berbagai seminar, webinar, dan konferensi, para pemimpin berbicara tentang pentingnya transformasi digital. Mereka mendorong organisasi untuk mengadopsi teknologi terbaru, meningkatkan efisiensi operasional, dan menyediakan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.

Namun, ada paradoks yang menarik: banyak dari para pemimpin ini yang secara pribadi masih bergantung pada metode tradisional. Mereka mungkin berbicara tentang pentingnya cloud computing, tetapi masih menyimpan data penting dalam bentuk fisik. Mereka mungkin mendorong penggunaan e-commerce, tetapi masih lebih suka berbelanja secara konvensional. Banyak orang, terutama generasi yang lebih tua, merasa tidak nyaman dengan teknologi baru. Mereka mungkin merasa teknologi tersebut terlalu rumit atau mengintimidasi. Kebiasaan yang telah tertanam lama sulit untuk diubah. Seseorang yang terbiasa dengan cara kerja tertentu akan merasa sulit beradaptasi dengan metode baru. 

Tidak semua orang memiliki akses atau kesempatan untuk mendapatkan pelatihan tentang teknologi terbaru. Tanpa pemahaman yang memadai, mereka akan kesulitan mengadopsi teknologi baru. Di beberapa tempat, infrastruktur teknologi masih belum memadai. Ini membuat adopsi teknologi digital menjadi sulit. Individu atau organisasi yang tidak segera beradaptasi dengan teknologi digital akan ketinggalan dari segi efisiensi dan produktivitas. Dalam dunia bisnis, digitalisasi menjadi kunci untuk tetap kompetitif. Tanpa adopsi teknologi, sulit untuk bersaing dengan perusahaan yang lebih maju secara digital. Banyak peluang baru yang muncul dari perkembangan teknologi digital. Mereka yang tidak beradaptasi akan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkannya. 

Pemerintah dan organisasi harus menyediakan pelatihan yang memadai tentang teknologi terbaru. Ini akan membantu individu memahami dan mengadopsi teknologi tersebut. Peningkatan infrastruktur teknologi, seperti akses internet yang lebih baik dan perangkat yang lebih terjangkau, akan memudahkan adopsi teknologi. Penting untuk mendorong perubahan mindset, terutama di kalangan generasi yang lebih tua. Mereka harus memahami bahwa teknologi bukan musuh, melainkan alat yang dapat membantu. Para pemimpin harus menjadi contoh dalam mengadopsi teknologi. Jika mereka sendiri tidak terdigitalisasi, sulit untuk mengharapkan bawahannya mengikuti. Digitalisasi adalah keniscayaan di era modern ini. Namun, untuk mewujudkan transformasi digital yang sebenarnya, tidak cukup hanya dengan teriak digitalisasi. Dibutuhkan tindakan nyata, dimulai dari diri sendiri. Dengan mengadopsi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mempercepat proses digitalisasi dan memetik manfaatnya secara maksimal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun