PERAN GURU BK DALAM MENCEGAH DEMOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK AKIBAT DINAMIKA HUBUNGAN ASMARA.
Bima Maulana
Universitas Negeri Malang
bima.maulana.2401116@students.um.ac.id
Â
Pada akhi akhir ini kebanyakan anak muda khususnya siswa mengalami demotivasi yang mana hal tersebut sangat tidak baik untuk perkembanagan belajar siswa dari hal akademik maupun non-akademik. Demotivasi adalah rasa kehilangan semangat, kepercayaan diri, minat, dan susah untuk melakukan sesuatu. Perkembangan belajar anak dinilai dari semangat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Tetapi, kebanyakan siswa sekarang kehilangan motivasi belajar khususnya bagi anak anak kelahiran 2005 ke atas. Banyak hal yang membuat pesrta didik menjadi kehilangan semangat belajar seperti game online, bermain dengan teman sampai lupa waktu, dan lain sebagainya. Maraknya hubungan asmara yang membuat peserta didik menjadi kehilanagan rasa motivasi  belajar, hal ini membuat kebanyakan siswa tidak mempunyai semangat dalam belajar atau disebut dengan demotivasi. Sesusi dengan judul bahwa demotivasi ini sangat berbahaya bagi perkembangan siwa apabila masalah ini dibiarkan.
Maka dari itu saya meneliti dan mencari tau terkait isu masalah di lingkungan SLTP (sederajat) dan SLTA (sederajat) lalu saya mencari data ini melalui meriset atau membaca isu terkait. Serta menggunakan metode kualitatif deskriptif(Durotus Sopiah & Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2023) yaitu dimana kita melakukan observasi terhadap ucapan atau lisan dari perilaku orang yang sedang diamati.
Dari informasi yang saya dapatkan banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran kelas, padahal sekarang ini sudah menggunakan kurukulum merdeka yang  mana hal tersebut siswa dapat memilih sendiri cara belajar yang akan ia terapkan. Dalam hal tersebut seharusnya siswa bisa lebih semangat dalam belajar dan mengikuti  pembelajaran dalam kelas. Akan tetapi malah sebaliknya,  mereka merasa bahwa "Belajar itu harus di sanding dengan mempunyai pacar supaya ada penyemangat" maka dari itu peserta didik lebih fokus berpacaran daripada semangat belajar. Karena mereka berfikiran dan menganggap jika mereka mempunyai pasangan atau pacar tersebut bisa membuat mereka lebih semangat dalam belajar dan melakukan aktivitas sehari hari. Akan tetapi hal ini sangat merusak mental  anak apabila hal tersebut tidak  di hentikan.
Dari informasi yang saya dapatkan dari salah satu guru di daerah Jawa Timur yang kapan lalu memanggil salah satu  siswanya ke ruangan bimbingan dan konseling yang ada di sekolahannya untuk ditanyai terkait masalah yang dihadapi. Siswa tersebut sering terlambat sekolah dan tidak aktif dalam pembelajaran kelas. Permasalahan yang di jelaskan oleh siwa tersebut kepada guru bk salah satunya karena hubungan asmara. Siswa tersebut di putuskan oleh kekasihnya dan hal tersebut membuat hilangnya motivasi dan semangat belajar dari dalam dirinya hingga mempunyai pikiran untuk bunuh diri (demotivasi)(Febryana & Aristi, 2019).  Demotivasi itu sangat perbahaya bagi perkembangan anak dan apabila hal tersebut terjadi bisa membuat mental anak down dan hilangnya rasa percaya diri.
Sebagai guru bk hal ini sangat perlu di lawan dan di musnahkan dari siswa siswanya karena hal tersebut bisa menular kepada teman yang ada di lingkungan tersebut. Dan siswa pun juga harus bisa berfikir positif dan meninggalkan hal yang frik seperti itu. Seharusnya siswa harus mempunyai rasa ingin tau yang tinggi dan ingin eksplorasi diri lebih dalam. Dan sebagai generasi penerus bansa harus mempunyai motivasi semangat belajar yang tinggi agar dapat mempersiapkan dirinya untu kesuksesan dimasa depan(Masni, 2015).
Maka dapat diartikan bahwa diera kurukulum medeka ini sangat banyak yang setuju ataupun tidak setuju. Menurut hasil dengan metode kualitatif hampir rata rata tidak setuju terutama guru bimbingan konseling karena banyak murit atau peserta didik merasa lebih bebas dan sesuka hati  dalam melakukan aktivitas belajar yang mana hal tersebut benar menurut mereka tetapi belum tentu benar bagi ases belajar yang baik. Banyak murid atau peserta didik yang mentalnya sudah brake down karena efek dari lingkungan sekitar dan merasa lebih bebas di sekolah dan apabila ada masalah lebih nyaman berceritadan minta solusi kepada pacarnya yang belum tentu solusi atau pendapat tersebut benar karena bukan dari orang yang ahli. Maka dari itu saya ingin anak anak muda penerus bangs sekarang ini mengubah pola piker yang kurang baik menjadi lebih baik dan menciptakan dan menumbuhkan semangat yang tinggi dalam dirinya untuk kesuksesan di masa depan.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran pendampingan guru bk dalam proses belajar atau perkembangan diri peserta didik di sekolah sangatlah perlu dan penting sekali untuk kesuksesan dalam membimbing murid. Agar masalah seperti  ini tidak muncul kembali maka guru bk bisa mengunakan mencegah dengan cara mengadakan sosialisasi peran bk  terhadap siswa. Agar siswa tidak merasa bahwa mereka tidak berguna dan tidak merasa sendiri maka sangat perlu di adakan sosialisasi  tersebut dan guru bk juga harus memepunyai rasa yang baik dan itikat yyang baik dalam mendekati peserta didik yang sudah down akibat asmara. Peran ini sangat dibutuhkan diera sekarang ini yang mana gen-Z berfikir bahwa mereka bisa berjalandan berbuat sesuka hati sendiri tampa adanya peran guru di dalamnya. Oleh karena itu mindset siswa yang seperti itu harus di hilangkan karena demotivasi tersebut adalah hal yang membuat turun mental peserta didik. Mental didik di Indonesia sudah merupakan terendah di dunia namun hal ini jangan jadi acuan bagi kita apabila mental itu sudah terbentuk akan menjadi dorongan atau motivasi pada diri kita sendiri. Itulah kesimpulan dari artikel ini karena hal ini sudah mencakup dari hasil studi atau penelitian melalui berbagai infirmasi yang saya dapat.
DAFTAR RUJUKAN
Durotus Sopiah, A., & Sunan Kalijaga Yogyakarta, U. (2023). Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Membangun Kepercayaan Diri Siswa Melalui Teknik Restructuring Cognitive di SMK Ma'arif Cijulang. Jurnal Fokus Konseling, 9(2), 52--60. http://ejournal.umpri.ac.id/index.php/fokus
Febryana, R., & Aristi, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan Kekerasan Dalam Pacaran Pada Siswa SMA N 16 Kota Bekasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(03), 123--129. https://doi.org/10.33221/jikm.v8i03.352
Masni, H. (2015). Strategi meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Dikdaya, 5(1), 34--45.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H