Mohon tunggu...
Bima Mahardika
Bima Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bima Putra Mahardika Yogyakarta. ID

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Nglangse, Upaya Masyarakat Gunungkidul untuk Mengelola Alam

16 April 2024   20:30 Diperbarui: 16 April 2024   20:38 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gunungkidul DIY 16/4/2024, Mungkin bagi sebagian besar mungkin tidak mengetahui apa itu Nglangse. Nglangse merupakan sebuah tradisi turun menurun yang dilakukan oleh warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. tradisi ini digelar pada tanggal 15 april 2024 yang dilaksanakan di Telaga Dondong yang terletak di Dondong, Jetis, Kec. Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55871. Tradisi ini bertujuan sebagai wujud rasa syukur dan ungkapan terimakasih kepada alam yang telah memberi manfaat terhadap semua makhluk hidup. Nglangse berasal dari kata Langse yang memiliki arti menutup. Dalam tradisi ini berarti memasang sebuah kain putih ke sebuah pohon besar atau disebut dengan istilah pohon "Resan".  

Resan sendiri berasal dari kata "Reksa" atau "Wreksa" yang memiliki arti menjaga atau merangkul. Pohon resan di dominasi oleh pohon ficus atau beringin. Karena sebagian daerah di Gunungkidul merupakan daerah yang susah air, maka pohon besar sangat membantu para masyarakat untuk menyediakan air secara alami. Sehingga tidak heran jika pohon-pohon besar yang berada dikawasan tersebut dianggap sakral dan sangat di cintai oleh para masyarakat di kawasan Gunungkidul. Selain menjaga ketersediaan air, pohon resan juga memiliki manfaat lainya seperti mencegah bencana alam seperti tanah longsor dan pergerakan tanah.

Tradisi ini diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari komunitas resan gunungkidul, sesepuh desa, juru kunci, kepala dusun, mahasiswa, dosen, awak media, peneliti dan beberapa warga mancanegara. Acara ini dimulai dari pagi hingga sore hari Acara ini dimulai dengan kenduri yang dilaksanakan di rumah kepala dusun setempat, kemudian masyarakat membawa makanan dari kenduri tersebut ke kawasan yang akan dilakukan nglangse. Berikutnya semua masyarakat melakukan gotongroyong bersih-bersih yang kami lakukan di Telaga Dondong. 

Beberapa masyarakat yang mengikuti komunitas dan tokoh setempat mengenakan pakaian adat khas Yogyakarta. Setelah melakukan bersih dusun acara berikutnya yaitu dengan meletakan sesajen dan kemenya ke pohon besar dengan ritual berdoa yang dilaksanakan oleh juru kunci dan sesepuh desa.  Acara selanjutnya yaitu berdoa bersama yang dilakukan oleh semua masyarakat yang terdapat di acara tersebut. Setelah selesai berdoa bersama kami diajak untuk makan bersama atau dengan istilah tambul. Setelah makan bersama acara inti pun tiba yaitu pemasangan kain putih ke pohon besar yang dianggap sakral. Upacara pemasangan ini dilakukan oleh juru kunci dan di saksikan oleh masyarakat yang ikut serta dalam acara ini. 

Selain itu juru kunci juga berdoa terhadap pohon yang di langse dengan harapan pohon tersebut dapat selalu menjaga kelestarian makluk hidup dan menjaga keselamatan bagi warga setempat. Setelah nglangse selesai, kami juga diajak untuk mengikuti penanaman pohon baru sebagai simbolik. Bibit pohon tersebut ditanam di kawasan Telaga Dondong .

Penulis

(Bima Putra Mahardika)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun