Mohon tunggu...
Bima Ericka
Bima Ericka Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm the CEO of OSIS 2012..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Junior yang Tak Sopan atau Senior yang Tak Punya Kehormatan..

9 Maret 2012   05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:19 1947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senior, Junior, 2 kata yang sudah tidak asing di telinga pemuda di indonesia. Selama ini, kata “Senior” diartikan sebagai seseorang yang lebih dulu masuk kedalam sebuah instansi ataupun organisasi, Sementara “Junior” adalah seorang yang masuk belakangan. Di indosesia atau mungkin juga dunia, seorang junior yang hendak masuk kedalam sebuah instansi ataupun organisasi diharuskan melewati Masa orientasi, dimana junior akan melakukan berbagai kegiatan dibawah peraturan dan pengawasan senior. Pada pembahasan kali ini, saya akan fokus membahas tentang Masa Orientasi Sekolah dimana fenomena Senior Junior paling sering terjadi.

Masa Orientasi Sekolah (MOS) sejatinya adalah kegiatan pengenalan terhadap siswa baru (junior) untuk lebih mengenal lingkungan sekolah dan segala sesuatu yang ada didalamnya. Di indonesia, pelaksanaan MOS banyak dilaksanakan oleh siswa/siswi yang tergabung menjadi pengurus OSIS dan Ekskul (Senior). Selama ini, pelaksanaan MOS oleh senior seperti menjadi ‘neraka’ bagi para junior dimana bentakan dan hukuman adalah sesuatu yang seakan wajib mereka terima. Mulai dari bentakan selamat datang sampai hukuman yang agak berat (fisik) karena junior melakukan kesalahan. Secara umum, Senioritas adalah sesuatu yang paling dibenci oleh junior, bagaimana tidak, dalam pelaksanaannya senior hampir tidak pernah salah, walaupun sebenarnya senior itu salah, tetap saja junior yang disalahkan sampai-sampai muncul aturan yang dibuat-buat (Pasal 1, senior tidak pernah salah, pasal 2, jika senior salah, maka kembali ke pasal 1, pasal 3 senior tidak boleh sewenang-wenang, pasal 4, di lapangan, pasal 3 tidak berlaku). Dari pihak senior berpendapat bawasannya MOS yang sedemikian rupa itu merupakan proses pembentukan karakter dan rasa hormat junior pada mereka, dimana hukuman dan bentakan adalah cara yang paling efektif untuk membuat junior mereka menghormati mereka. Pendapat tersebut memang ada benarya, dimana sekarang ini disekolah-sekolah junior bisa bersikap seakan hormat dan sopan terhadap senior.

Namun pendapat diatas mulai saya ragukan ketika saya menemui sebuah kasus dimana MOS di sebuah sekolah tidak dilaksanakan oleh senior, fenomena yang terjadi adalah para junior seakan tidak takut dan tidak hormat pada semua senior. Kenapa bisa begitu.? Karena tidak ada bentakan dan hukuman yang membuat junior hormat (atau takut) pada senior. Dari kasus diatas saya mulai berpikir, apakah bentakan dan hukuman senior itu membuat junior hormat, atau membuat junior takut.?

Menjawab pertanyaan diatas, kita bisa membuat perbandingan dengan objek sebagai berikut. Pertama, di sekolah yang MOSnya dilaksanakan senior, Dengan hukuman, bentakan dan muka garang, senior bisa membuat junior bersikap sopan kepada mereka. Kedua, disekolah yang MOSnya tidak dilaksanakan oleh senior, junior tidak bisa bersikap sopan kepada senior karena tidak ada bentakan, hukuman dan muka garang dari senior. Dari 2 objek diatas, saya menarik kesimpulan bawasannya yang membuat junior sopan pada senior itu rasa takut akan bentakan dan hukuman, bukan karena rasa hormat pada senior (yang berarti senior tidak punya kehormatan).

Dari pemahaman diatas, saya mencoba memberi solusi pada masalah yang terjadi pada salah seorang teman saya, sebut saja dia Ana(samaran). Ana adalah siswa kelas 2 di sebuah SMK di kota S yang tahun ini MOSnya bekerja sama dengan pihak luar dan tidak melibatkan Snior, dia mengeluh pada saya tentang juniornya (kelas 1) yang tidak bersikap sopan padanya, ia berpendapat bahwa juniornya tidak punya sopan santun dan tidak bisa menghormati senior. Dari curhatnya tersebut, saya mulai mengajaknya untuk membuat perbandingan sama seperti diatas (MOS dengan dan tanpa Senior), dan setelah dia paham tentang kasus yang sekarang terjadi, saya memberi dia pertanyaan yang sampai sekarang belum bisa ia jawab, “Dari kasus tersebut, Apakah Junior yang tidak sopan atau Senior yang tidak punya kehormatan.?”.

Menjawab pertanyaan tersebut memanglah tidak mudah, karena tidak ada jawaban yang benar-benar benar. Fenomena yang dialami ana mungkin karena juniornya tidak bisa sopan, tapi mungkin juga karena Seniornya (Ana dkk) tidak punya sesuatu yang bisa dihormati oleh junior. Pendapat yang mengatakan senior tidak punya kehormatan memang terasa kejam, namun saat kita mencoba untuk berpikir objektif, kita akan setuju bawasannya “Kehormatan” itu tidak dibentuk dengan bentakan dan hukuman, namun dibentuk dengan kebijaksanaan dan profesionalitas tanpa perlu bentakan hukuman dan juga muka garang.

NB : Tulisan ini tidak bertujuan untuk memojokkan atau menghakimi senior, namun hanya salah satu usaha agar kita (terutama senior) bisa berpikir objektif dan tidak selalu merasa benar dan menyalahkan junior, semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pelajaran bagi kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun