Mohon tunggu...
Bima Ericka
Bima Ericka Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm the CEO of OSIS 2012..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sang Pemuda, Sang Korban Peradaban..

18 Februari 2012   02:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pemuda”, setiap kali mendengar kata itu, apa yang terlintas dibenak anda? Sekumpulan manusia dengan usia yang masih muda, dengan fisik yang sehat, pikiran yang bersih dan juga semangat yang luar biasa. Ya, memang begitulah seharusnya, tapi, jika kita lihat keadaan pemuda indonesia sekarang, mungkin kita akan kesulitan menemukan pemuda yang demikian. Lalu seperti apa pemuda indonesia sekarang? Butuh kejujuran untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Secara umum pemuda indonesia sekarang sangat mengenaskan. Terjebak dalam keseragaman, pemikiran sempit, dalam ketakutan untuk memberontak, dalam kebingungan antara benar dan salah dan ketidak mampuan untuk menemukan jati dirinya sendiri, aku lebih suka menyebutnya sebagai korban peradaban. Seorang pemuda seharusnya berani untuk menjadi dirinya dan memberntak segala konsep yang akan merubah dirinya, namun kenyataannya jauh berbeda, 66 tahun kita merdeka, tapi pemuda kita masih terjajah oleh kebodohan, arogansi dan ketidakpedulian media. Kenapa media? Tentu saja mereka, media adalah pemegang peran utama dalam penyampaian informasi dan konsep-konsep kepada manusia. Coba lihat apa yang disampaikan, mulai dari Fashion, style, gaya hidup dan tren yang akan mempengaruhi mental dan pengertian kita tentang sesuatu yg keren dan nge’tren, celakanya, semua media diindonesia menyampaikan sesuatu yang sama sehingga pemuda kitapun tergiring untuk menjadi seperti yg mereka lihat, “keseragaman”. Lebih buruk lagi, Sekolah yang seharusnya menjadi tempat pembinaan mental dan sikap para siswanya justru hanya menekankan pada nilai, sehingga para siswa menganggap nilai adalah yang terpenting, padahal tujuan sekolah yang sebenarnya adalah untuk membentuk mental dan sikap seperti pemuda yang seharusnya. Sebenarnya sekarang sudah ada kebijakan peningkatan mental dan sikap melalui program “Pendidikan Berkarakter”, namun pada pelaksanaannya program ini tidak banyak merubah mental siswa, kenapa? Karena petugas penertib siswa cenderung menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru, bahkan kadang dengan kekerasan untuk menertibkan siswa, padahal metode ini akan menimbulkan kebencian pada siswa sehingga dengan sendirinya mereka tetap tidak “tertib” sebagai protes mereka terhadap perlakuan yang mereka terima.

Keseragaman media dan bobroknya pendidikan menjadi sumber kerusakan mental dan pikiran pemuda indonesia saat ini, kerusakan yang paling terlihat adalah hilangnya pola pikir kritis, penghargaan terhadap perbedaan dan toleransi untuk menghormati pendapat orang lain, banyak contoh yang terjadi disekitar kita, pelajar tawuran karena saling ejek, seorang siswa yang di caci teman kelasnya karena sering berdebat dengan guru atau seorang siswa yang dikucilkan karena beda pendapat. Sebenarnya diindonesia sudah ada gerakan yang menyuarakan pemberontakan terhadap keseragaman dan juga penghormatan terhadap perbedaan, mereka adalah anak-anak “PUNK”, celakanya, kaum punk sendiri dicap sebagai perusak peradaban diindonesia, mungkin karena dandanan dan gaya hidup mereka yang sedemikian rupa sehingga konsep-konsep yang mereka bawa tidak bisa merasuk kedalam nurani masyarakat indonesia yang sudah dibutakan oleh keseragaman dan penampilan.

Lalu bagaimana memperbaiki keadaan tersebut? Pertanyaan yang hampir mustahil untuk dijawab. Namun sesulit apapun suatu masalah, Tuhan selalu ada dengan keadilannya untuk memberi harapan kepada kita untuk malakukan pemulihan keadaan. Hal itu terbukti dengan adanya para aktivis yang berusaha memperbaiki keadaan pemuda indonesia melalui berbagai cara dan bidang. Di dunia musik, ada puluhan band ber’genre cadas (seperti Superman is dead, marjinal, jamrud dan lainnya..) dengan lirik persatuan, kebebasan dan persaudaraan senantiasa memberontak keseragaman musik diindonesia yang dikuasai genre pop, melayu dan k-pop yang selalu bicara tentang cinta. Di dunia seni, ada Guruh Soekarno Putra, DNT, Waljinah dll yang senantiasa berkarya dan berkarya untuk mengembalikan indonesia yang secara perlahan di”barat”kan. Ada pula Soe hok gie yang senantiasa mengajak pemuda untuk berani mengatakan “tidak” pada kesalahan dan kebohongan dan juga pada pemimpin yang busuk.Dan ada ribuan orang lainnya dengan cara yang berbeda untuk memperbaiki generasi muda indonesia.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jelas, seseorang akan sulit diperbaiki jika dia tidak ikut memperbaiki dirinya. Maka dari itu, sebagai bagian dari pemuda indonesia, sudah seharusnya kita belajar, belajar tentang keaslian dan kemurnian diri kita, belajar untuk menghargai perbedaan, dan belajar untuk berani memberontak semua aturan-aturan “ga’ penting” yang akan menyeragamkan kehidupan kita.

“Jadilah pribadi yang bijak, yang santun, yang menyayangi sesama dan disayangi tuhan, dan lakukan yang membaikkan dirimu, sesama dan alam..”

Surakarta, 28 Oktober 2011

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun