Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terminal Kehidupan

13 Januari 2016   22:52 Diperbarui: 13 Januari 2016   22:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh Agustinus Masae Purwanto 

Kehidupan ini memang diarahkan menuju kepada kemajuan. Ketika kita mengalami kemandegan, kemandegan itu bagai terminal saja, yang artinya kita rehat sebentar untuk member kesempatan kita mengembalikan tenaga dan pikiran menjadi lebih segar. Kadang di terminal kita harus menunggu kendaraan yang akan berangkat menuju tujuan kita. Saat menunggu berbagai kegiatan dapat dilakukan tergantung pada orang masing masing, ada yang minum atau makan, ada yang ngobrol, ada yang tidur dan malah ada yang memperhatikan aktivitas orang lain dan dari situ dia memperoleh inspirasi, malah ada yang mengerjakan pekerjaan secara online. Terminal bukan tujuan. Disitu tempat pemberhentian sementara. Orang tidak bisa tidur di situ. Orang harus meninggalkan terminal suka atau tidak suka.

Kehidupan kita sering juga harus demikian. Terminal kehidupan setiap orang berbeda. Ketika anda mengalami situasi sulit dalam pekerjaan dan bisnis, itu adalah terminal anda. Anda masih bisa melakukan kegiatan yang positif tergantung pada pilihan anda. Tetapi terminal itu sementara, anda harus meninggalkan keadaan itu suka atau tidak suka. Pada saat anda berada dalam situsi seperti itu, anda bisa merenungkan dan berefleksi melihat aktivitas orang lain, dan menimba inspirasi dari mereka untuk kegiatan anda yang lebih berikutnya.

Ketika kita berada diterminal, sesungguhnya tujuan kita tidak hilang, kita hanya saja belum sampai pada tempat tujuan. Makan kita tidak perlu merasakan kelumpuhan. Segera bangkit dan meinggalkan terminal, bila tidak ada kendaraan yang akan mengantar anda menuju tempat tujuan, anda bisa mencari alternative lain untuk mencapainya. Jangan kita terpenjara dengan pikiran bahwa hanya ada satu jenis kendaraan untuk mencapainya. Banyak alternative kalao kita mau.

Demikian dengan pekerjaan atau bisnis atau apapun dalam kehidupan kita. Jangan berpikir bahwa kita hanya memiliki satu jenis pekerjaan itu saja untuk mengapai cita cita kita. Banyak jenis pekerjaan yang bisa membawa kita kepada cita cita. Dibutuhkan kreativitas dan kemauan, mengusir rasa keengganan dan rasa malas yang begitu dekat dengan rasa malu. Ini bukan hanya membutuhkan energy yang besar, dan energy itu harus dimunculkan dalam diri sendiri melalui mimpi dan cita cita. Ketika seseorang tidak memiliki mimpi dan cita cita dia tidak akan bisa mengalahkan rasa enggan dan rasa malas, rasa mau dan rasa berat hati.

Bagaimana memunculkan mimpi dan cita cita? Melalui kecintaan pada keluarga, dan saudara, kecinta kepada orang lain yang mau dibantu. Pada hakekatnya setiap orang memiliki rasa keinginan membantu orang lain. Karena ketika kita membantu orang lain muncul rasa kebanggaan, dan rasa kelegaan yang indah. Rasa ini ditanamkan oleh Tuhan. Tidak mungkin orang tidak suka membantu, jika kita menjumpai orang yang tidak suka membantu, didalam dirinya terdapat “sesuatu” yang menghalangi rasa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun