“Matang. Dewasa. Keren.” Itulah tiga kata decak kagum saat menyaksikan pagelaran drama musical para siswa SMP Kolese Kanisius Jakarta di Gedung Ciputra Artpreneur Jakarta (Minggu, 20/12/2015) yang mengangkat tema “Kisah Peziarahan Batin”. Drama musical ini diadaptasi dari karya Charles Dickens : A Cristmas Carol.
“Matang” terlihat dari penampilan sepanjang pagelaran. Layaknya para pemain professional, pada siswa SMP Kolese Kanisius, dengan keluguan anak SMP mampu menghadirkan karakter para tokoh dengan sangat baik. Kesan “Dewasa” terlihat dari misi yang disampaikan, kritik social terhadap kesenjangan social dan tindakan dehumanisasi didalam masyarakat saat ini, Para siswa mampu memposisikan diri didunia orang dewasa.
“Keren” seluruh kisah dihadirkan dengan nilai seni yang sangat tinggi. Dengan dukungan para pemain music yang luar biasa, Kisah Peziarahan Batin menjadi ajang refleksi seluruh insan canisian dan para penonton. Penulis naskah terbilang cukup berani mengadaptasi karya Charles Dickens mengingat para pemain adalah anak-anak yang secara usia masih remaja. Dunia mereka sangat bebeda dengan penokohan yang harus dihadirkan, yakni dunia orang dewasa. Berkat penghayatan dan pembiasaan keseharian disekolah, para pemain tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Pembiasaan Refleksi
Apa yang mereka tampilkan pada drama musical menghadirkan keseharian mereka disekolah, pembiasaan refleksi atas kehidupan nyata, yang mereka lihat dan barangkali dalam bentuk yang berbeda mereka alami. Sekolah Kolese Kanisius adalah sekolah yang membiasakan para siswanya membuat refleksi, bukan harian tetapi setiap pelajaran. Para pamong (sebutan bagi para wakil kepala sekolah) dan guru sadar, refleksi inilah yang menghantar siswa menjadi manusia berkarakter, karena meraka tahu “hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani” (Socrates)
Refleksi makin kuat kesannya saat meyaksikan karya dan aktivitas para siswa yang dipajang di hall, pintu masuk. Refleksi, yang tertuang dalam tulisan dan gambar/foto para siswa, dipajang sesuai dengan genre, dari refleksi atas kemajuan teknologi, cinta tehadap bumi dan lingkungan, kebersihan sungai Ciliwung, kemiskinan masyarakat di daerah Bantar Gebang, hingga live-in dipendesaan. Tulisan/gambar/foto kegiatan yang ditampilkan menghadirkan proses pendidikan hati dan budi. Kolese Kanisius adalah sekolah yang mengedepankan pendidikan karakter lebih dari sekadar slogan kosong, memaknai dengan kegiatan pengembagnan diri yang dirancang secara sistematis dan terukur. Bersama orang tua dan alumni, sekolah menjalankan program pendidikan bagi para siswa.
Berbagai kegiatan yang dihadirkan dalam bentuk tulisan/gambar/foto, intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, menjadi juru bicara kepada masyarakat bahwa sekolah ini selalu sukses mewujudkan proses pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan karena jalinan yang kuat antara sekolah dengan orang tua dan alumni. Kesatuan mereka sangat jelas didalam setiap aktivitas akademik dan non akademik. Alumni dan orang tua sunguh-sungguh menjadi bagian penting didalam semua proses pendidikan, terlihat dengan amat jelas keberadaan mereka ditangah-tengah para siswa dan guru. Saya sebagai orang tua merasakan proses ini; dan diperkuat oleh katan sambutan kepala sekolah Pater Edu, SJ.
Dalam pagelaran dram musical itu, orang tua dan alumni pun ikut berproses dalam peziarahan batin mereka sesuai dengan kapasitas batin mereka masing-masing. Menyakasikan dan ikut berproses didalam pendidikan anak-anak SMP Kanisius, saya merasa bahwa sekolah ini layak dianugerahi “Sekolah Berintegritas” Tingkat Nasional oleh Presiden Joko Widodo (21/12/2015). Proficiat kepada seluruh civitas akademica SMP Kanisius Jakarta. Anda telah menjadi salah satu pelita ditengah kegelapan nurani bangsa. Ad Maiorem Dei Gloriam (Demi Menambah Besar Kemuliaan Tuhan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H