Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Moralitas Terpasung Oleh Kenikmatan

12 Desember 2015   19:04 Diperbarui: 12 Desember 2015   19:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 

Tak tega; miris mendengarnya; membayangkan saja terasa pedih. Seorang teman, guru dan pernah menjadi kepala sekolah ditemukan tewas menggantung diri didepan rumanya. Peristiwa itu pertama kali dilihat oleh seorang tetangga yang hendak pergi sholat subuh ke Masjid.

Peristiwa itu segera menjadi buah bibir diantara para rekan dan pelayat. “tidak habis pikir. Mengapa melakukan tindakan seperti ini. Kasihan anak-anak dan istrinya” Kiranya itu yang mewarnai benak sebagian besar kami. Penyebab mengapa ia bunuh diri diceritakan teman dekatnya. “Almarhum tertekan. Hampir setiap hari dia didatangi tidak kurang dari 8 orang yang menagih janji hasil investasi dari bisnisnya. Rupanya almarhum terjerat bisnis investasi yang menjanjikan bunga tinggi atas modal yang diberikan. Banyak orang ikut bisnis ini melalui dia.

Silau oleh kenikmatan. Iming-iming hasil besar tanpa kerja keras telah menyeret hidupnya pada bisnis yang tidak jelas. Penipuan berkedok investasi dengan kalimat yang mulia “saling membantu”. Rasio yang berperan kritis telah tumpul karena kenikmatan uang, harta dan kemewahan yang akan menjadi miliknya. Inilah yang sering disebut oleh guru saya sebagai mental hedonisme, dan konsumerisme. Dua berhala dijaman modern, pengikutnya hampir semua kalangan masyarakat dari rakyat miskin sampai kalangan artis dan pejabat. Gelapnya hati dan nurani membuat ia bertindak yang berlawanan dengan moralitas, yakni bunuh diri. Akibat dari tindakan ini adalah istri dan anak-anaknya akan merasa sangat malu.

Daya menggiurkan dari kenikmatan itu pula yang membuat para artis rela “menjual” diri untuk sebuah ukuran uang. Demi membiayai gaya hidup mewah yang bergelimang rasa “wah nikmatnya” mereka membuang pertimbangan rasio, dan moralitas. Marak dibicarakan dimedia masa dan elektronik beberapa artis terlibat jaringan prostitusi online. Padahal kita semua tahu yang membuat kita ini menjadi manusia dan disebut seabgai makhluk luhur adalah rasio atau pikiran. Ketika fungsi rasio tidak dihiraukan lagi maka rasa malu pun hilang; yang ada tinggal kemaluan yang tidak membuatnya malu. Sudah hancurkah masyarakat ini?

 

Hal sama dalam bentuk yang berbeda dilakukan oleh tokoh nasional. Demi mendapatkan saham tidak malu “menjual” presiden dan wakil presiden. Moralitas tidak lagi dipandang sebagai yang mulia sehingg ketika dicari kebenarannya malah berkilah “illegal”. Masalah ini menjadi tragedy moralitas kemanusiaan; sama sekali tidak ada akal sehat, yang ada akal-akalan; tidak ada rasa malu, yang ada berusaha mempermalukan orang lain. Orang yang “menjual” diri orang lain menyadari kalua dirinya sendiri sudah tidak laku untuk dijual. tragedi seperti ini telah terjadi ribuan tahun lalu saat nabi Isa dijual oleh muridnya dengan 30 keping perak.

Tragedi kemanusiaan selalu terjadi ketika kenikmatan harta membelenggu moralitas manusia. Ingat nasihat orang tua dahulu “eling lan waspodo” ( Sadarlah dan waspadalah)…. Hanya orang yang sadar dan waspada yang akan terjada nuraninya; hidup itu akan nikmat jika dijalani dengan kesederhanaan bukan dengan keserakahan. Teman saya yang bunuh diri, artis yang jual diri, ketua DPR yang menjual nama presiden telah terjerat oleh belenggu kenikmatan akibat memasung rasionalitas dan moralitas. Semoga, Anda dan saya selalu eling lan waspodo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun