Pertanyaan di atas menjadi penutup pada tulisan pertama refleksi saya mengenai “Mengenal CU (Credit Uion), Mengenal F.W. Raiffeisen”. Mengawali refleksi kedua ini saya mau menceritakan sebuah kejadian ketika saya ngobrol dengan karyawan perusahaan leasing. Waktu itu saya sedang istirahat di sebuah warung kopi. Di warung itu ada dua orang pemuda bertubuh kekar, kulit gelap. Saya menyapa mereka dengan mengatakan “pemisi mas” untuk duduk disebelah mereka. Karena tertarik dengan topik obrolan mereka seputar penagihan utang, saya pun SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) nimbrung dalam obrolan mereka.
Saya bertanya bagaimana pengalaman mereka melakukan penagihan. (kebetulan CU kami juga memiliki karyawan penagihan) Dalam hati saya berucap, “siapa tahu ada ilmu yang jitu untuk menagih kredit macet” Sampai saya akhirnya terhenyak ketika seorang dari antara mereka mengatakan, “Gak penting bagi gue segala ketentuan atau mekanisme penagihan yang ditentukan si bos (tentu yang dimaksud atasan/perusahaan), yang penting hasilnya”
Obrolan itu membawa saya pada refleksi bagaimana kita bisa membantu orang lain dengan baik dan benar kalau kita mengabaikan ketentuan atau mekanisme yang sudah dirumuskan dan ditentukan? Inti dari CU adalah melayani orang lain, karena didalam melayani terdapat spirit pemberdayaan yang bermartabat. Membantu dengan baik dan benar. Itulah password untuk bisa masuk dalam CU yang besar dan berkualitas.
Ring Pertama: Pengurus, Pengawas, Staf
Saya menyebut lingkaran pertama CU merupakan lingkaran inti. Lingkaran pertama ini adalah Pengurus, Pengawas dan Staf (PPS) Inilah lingkaran yang sangat menentukan maju mundurnya CU. Lingkaran ini harus disemangati oleh spirit yang sama. Ibarat menyanyikan sebuah lagu, PPS harus menyanyikan lagu dengan nada yang sama sehingga lagu itu terdengar indah. Spirit itu adalah “Melayani Orang Lain”. Melayani orang lain harus menjadi roh yang menggerakkan PPS melakukan tugas pokok dan fungsi mereka masing-masing secara baik dan benar.
Pengurus dan pengawas tentu saja akan bisa melayani orang lain-dalam hal ini anggota- dengan baik dan benar jika mereka mengetahuai apa yang seharusnya mereka lakukan, dan mendisain dalam sebuah peta tata kelola yang baik dan kemudian melaksanakan secara konsisten dengan perbaikan secara konstan (continuous improvement) Pengurus dan pengawas yang tidak mengetahui apa yang seharusnya menjadi tugas dan fungsi pokok mereka niscaya tidak akan bisa melayani anggota dengan baik. Demikian juga staf CU harus mengetahui tugas dan fungsi pokok mereka sebagai staf sehingga mereka bisa melayani anggota.
Bagaimana supaya bisa melayani dengan benar dan baik, di dalam CU kami dirumuskan dalam values yang kami sebut KASIH. CU yang sehat harus memiliki 6 komponen sebagai sebuah organisasi, yaitu visi, nilai-nilai, strategi, proses, sistem control dan struktur. Values ini sangat penting agar PPS bisa melayani anggota secara baik dan benar. Nilai KASIH adalah akronim dari Knowledge, Attitude, Skill, Integrity, Habit.
PPS harus selalu meningkatkan knowledge atau pengetahuan mereka mengenai CU. Hal ini sangat penting karena CU memiliki karakteristik khusus yang unik dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Pengetahuan yang baik mengenai CU akan berdampak pada perubahan Attitude (sikap) PPS. Dapat dipastikan ungkapan dalam obrolan diatas “Gak penting bagi gue segala ketentuan atau mekanisme penagihan yang ditentukan si bos (tentu yang dimaksud atasan/perusahaan), yang penting hasilnya” bukan sikap insan CU.
Toh kalau ada staf CU yang memiliki sikap seperti itu dipastikan ia tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai CU. Attitude atau sikap merupakan cara berpikir yang terungkap dalam tutur kata, dan tindakan/aktivitas. PPS juga harus terus meningkatkan ketrampilan (Skill) mereka sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) mereka masing-masing. Misanya seorang pengurus harus memiliki ketrampilan yang baik dalam mendisain program, melakukan pelatihan dan seterusnya. Sesuai dengan bidang masing-masing, PPS juga harus memiliki skill of communication yang baik karena CU adalah kumpulan manusia.
Selain ketrampilan nilai lain yang terus digali dan dihidupi PPS adalah integrity atau integritas. Integritas adalah karakter yang menjadikan seseorang bisa dipercaya sekaligus bisa mempercayai orang lain karena kesesuaian antara tindakan dengan perkataan. Setiap perkataan PPS adalah kekuatan (the power of words) karena integritas dirinya. Disinilah benar apa yang dikatakan Cicero “ ekuatan dari perkataan seseorang terletak pada peilakunya yang bermoral” Semua itu menjadi sebuah kebiasaan atau Habit dalam CU kami. Dengan menghidup values ini, kami yakin PPS bisa membantu orang lain (anggota) secara benar dan bermartabat.
Ring Kedua: Anggota