Suatu hari saya membuat survei kecil-kecilan. Responden saya siswa satu kelas saja. Pertanyaan seputar seberapa banyak waktu yang digunakan untuk membaca buku. Hasilnya tidak begitu mengagetkan. Hanya segelintir siswa yang masih punya kebiasaan membaca buku fisik. Sebagian besar membaca melalui layar HP. Lebih besar lagi sekrol hp melihat tik tok dan Ig.
Rendahnya kebiasaan membaca peserta didik mengakibatkan daya kritis yang rendah, kemampuan menjelaskan sangat lemah dan perbendaharaan kata yang dimiliki peserta didik sangat minim. Kondisi seperti ini berbanding lurus dengan kreativitas yang rendah. Semakin parah kondisi ini dilanggengkan oleh lembaga pendidikan yang tidak mempunyai program penguatan literasi.
Praktik Jumat membaca yang dilaksanakan di sekolah kami merupakan salah satu kegiatan dari beberapa kegiatan yang memperkuat kemampuan literasi. Jumat membaca adalah pembiasaan membaca buku 1 jam pelajaran untuk semua peserta didik di awal pembelajaran. Kegiatan Jumat membaca membawa manfaat yang sangat besar bagi peserta didik.
Pertama, peserta didik dikondisikan membaca buku fisik. Kegiatan membaca buku fisik sangat penting untuk merangsang daya kreativitas. Terkait dengan pentingnya membaca buku fisik untuk meningkatkan kreativitas seseorang, seorang tokoh Nicholas Carr dalam bukunya "The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains" menyebutkan hal itu tidak akan terjadi ketika Anda membaca teks di layar digital. Nampaknya sentuhan fisik inderawi mempunyai daya membangkitkan kreativitas seseorang.
Kedua, membaca buku fisik membuat fokus kita lebih besar karena terhindar dari godaan untuk berpindah aktivitas. Ini berbeda ketika kita membaca e-book. Godaan untuk melakukan aktivitas lain seperti membuka medsos sangat tinggi. Apalagi ketika HP kita di setting notifikasi sehingga setiap ada informasi baru akan muncul di notifikasi.
Ketiga, membaca buku fisik merangsang daya reflektif kita. Saat kita menemukan kalimat yang mengesan ketika membaca buku fisik, kalimat tersebut akan tetap membekas lebih kuat dibandingkan kita membaca buku digital. Membaca buku fisik memberikan waktu jeda bagi pembacanya. Artinya ketika kita membaca buku fisik,
Sebagai kepala sekolah tanggung jawab saya adalah memastikan praktik Jumat Membaca ini berjalan secara maksimal sesuai dengan langkah-langkah yang sudah kita tetapkan. Untuk memastikan kegiatan ini berjalan dengan baik, saya membentuk tim. Tim ini di bawah koordinasi wakil kesiswaan yang bekerjasama dengan pustakawan. Pada praktiknya tim kesiswaan dan pustakawan memberdayakan para siswa yang tergabung dalam duta pustaka.
Tantangan
Tantangan terbesar untuk mempraktikan Jumat Membaca adalah konsistensi dan keterlibatan semua peserta didik dan guru secara penuh.
Tidak semua guru terlibat secara penuh dengan perhatian yang sama kepada peserta didik. Guru pendamping di kelas masih sering membiarkan siswa tidak serius membaca dan menuliskan apa yang diperoleh dengan bacaan itu. Terdapat juga guru yang tidak membaca buku melainkan membuka HP atau membuka laptop untuk mempersiapkan pembelajaran.Â