Apa yang Anda pikirkan ketika dihadapkan pada pertanyaan, "Sekolah Impian seperti apa yang Anda ingin capai"? Pertanyaan ini menjadi refleksi bersama dalam sesi Forum Pemangku Kepentingan Sekolah Penggerak yang dilaksanakan oleh BPMP DKI Jakarta.
Dari banyaknya masukan peserta, kita bisa dikelompokkan menjadi dua topik besar, yaitu:
- Sekolah yang Berbasis Teknologi
- Sekolah yang Berkarakter
Sekolah Berbasis Teknologi
 Teknologi tentu saja sangat penting untuk membangun sekolah yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran yang berkualitas.
Pemanfaatan teknologi di dalam pembelajaran dan di dalam pengelolaan satuan Pendidikan (manajerial) sangat penting. Saya sendiri hamper tidak bisa membayangkan pembelajaran yang tidak menggunakan teknologi pada era sekarang. Ya, mungkin saja pembelajaran tersebut berkualitas. Hal ini sangat tergantung pada krativitas guru. Namun, saat ini teknologi tidak lagi bisa ditinggalkan dalam pembelajaran. Para siswa kita adalah generasi yang lahir pada era teknologi. Karena itu pembelajaran tidak menggunakan teknologi akan sangat menjadi membosankan jika guru tidak kreatif. Â Ini artinya bahwa kompetensi guru memang menjadi factor utama dalam pembelajaran yang berkualitas.
Teknologi juga tidak bisa ditinggalkan dalam upaya meningkatkan pelayanan manajerial sekolah. Contoh. Komunikasi antara orangtua dengan sekolah akan sangat mudah dilakukan menggunakan teknologi. Misalnya pertemuan secara virtual. Saat ini orangtua siswa mempunyai profesi dan pekerjaan yang sering tidak bisa ditingalkan. Bahkan kendati kegiatan itu dilaksanakan pada hari Sabtu.
Kita masih bisa jabarkan pemanfaatan teknologi baik dalam pembelajaran maupun dalam manajerial.
Sekolah Berkarakter
Kompetensi kognitif yang dicapai melalui pembelajaran tidak cukup hanya dilakukan berbasis teknologi. Karakter adalah bagian yang snagat penting dan utama. Pentingnya karakter dalam Pendidikan tidak kalah penting dengan pemanfaatan teknologi. Dalam sebuah kesempatan pertemuan dengan orangtua siswa terungkap bahwa orangtua lebih memilih karakter jika dibandingkan dengan intelektual. Tentu hal ini tidak bisa dijadikan alasan bahwa pengembangan intelektual boleh diabaikan.
