Respon orang terhadap humor berbda-beda. Humor yang sama bisa membuat orang terpingkal-pingkal. Untuk orang lain cerita itu mungkin biasa saja, Lalu apa yang membuat sebuah cerita itu lucu? Daya kelucuan sebuah humor atau fiksi ditentukan oleh daya imajinatif pendengarnya. Karena itu Einstein mengatakan, "imajinasi adalah kejeniusan"
Melalui humor atau cerita lucu kita bisa belajar mengenai kebijaksanaan, kearifan, ketakwaan dan pengajaran. Banyak nilai luhur yang terkandung di dalam cerita lucu atau humor. Melalui cerita lucu atau humor, pengajaran juga menjadi lebih menarik dan efektif. Seseorang lebih rileks dan hal itu membuat otak manusia lebih mudah menangkap makna pengajaran itu.
Salah satu cerita lucu yang paling saya suka dan sangat cocok untuk dibaca dan direfleksikan di bulan Ramadan adalah kisah-kisah jenaka Nasrudin Hoja. Ia adalah seorang sufi dan filsuf yang hidup pada abad ke-13 di kerajaan Rum Seljuk (sekarang Turki). Ia dikenal banyak orang sebagai orang bijak dengan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Terkadang ia jenaka, dan pintar, terkadang sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon.
Salah satu kisah jenaka yang sangat saya suka yaitu kisah mengenai mimpi relijius. Secara lengkap kisahnya demikian.
Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius.
Tidurlah mereka. Pagi harinya, saat bangun, Pastur bercerita: "Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali."
Yogi menukas, "Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai."
Nasrudin berkata, "Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda 'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.' Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga."
Kearifan apa yang ingin disampaikan oleh kisah ini? Tentu sangat ditentukan oleh daya reflektif pembaca. Pastur dan Yogi adalah tipe orang yang memisahkan dan membedakan secara tegas mimpi dan hidup riil. Sedangkan Nasrudin adalah tipe orang yang menjadikan kehidupan riil bagian dari mimpinya sehingga apa yang dicita-citakan tercapai atau terkabulkan. Melalui kisah ini Nasrudin mau mengatakan bahwa jadikan mimpi menjadi bagian kehidupan riil Anda maka apa yang menjadi cita-cita akan tercapai.
Masih banyak lagi cerita lucu atau humor yang sangat baik dibaca pada bulan Ramadan untuk meningkatkan kedalaman refleksi kita dan mengembangkan kebijaksanaan dan bahkan kehidupan spiritual Anda.