Rapi dan teratur selalu tampak indah. Namun, duduk diam dengan kedua tangan di atas meja dan wajah menatap guru bukan gambaran situasi kelas saat ini. Itu adalah gambaran kelas pada jaman orde lama. Kedaan kelas saat ini dinamis. Siswa bergerak. Denah tempat duduk selalu berubah. Penataan meja dan kursi selalu berubah-ubah. Mana yang Anda setuju? Benarkah pergerakan (mobilitas)Â siswa meningkatkan kemampuan kongnitif. Kreativitas, dan kemampuan anak untuk memahami?
Seorang pendidik sekaligus peneliti dari Australia, Gavin McCormack menulis hasil penilitiannya di akun https://www.linkedin.com/in/gavinmccormack/. Ia menuliskan demikian, "Setelah melakukan proyek penelitian besar tentang efek berjalan di ruang kelas dan sekolah, para peneliti di University of Illinois menyimpulkan bahwa gerakan (terutama berjalan) meningkatkan kemampuan kognitif, kreativitas, dan kemampuan anak untuk memahami"
Ia mengkritik keras praktik pembelajaran di kelas yang melarang siswa bergerak, atau memilih tempat duduk atau pergi ke kamar mandi. Ia mengkritik model pengelolaan kelas tradisional orde lama seperti yang pernah diterapkan di Indonesia
Kendati banyak pihak tidak setuju dengan pernyataan Gavin McCormack, paling tidak kita bisa merefleksikan pentingnya kita memberi ruang kepada siswa untuk bergerak.
Pertama, menurut Gavin "bergerak memiliki kapasitas unik untuk mempromosikan plastisitas otak dan dapat berkontribusi pada perkembangan sel-sel otak baru di hippocampus, area otak yang penting untuk pembelajaran dan memori." Pendapat itu dia kutip dari American Academy of Pediatrics
Kedua, memberi ruang bergerak kepada siswa akan membuat mereka merasa nyaman dan bahagia (well being). Kita mengetahui dampak kenyamanan dan rasa Bahagia akan sangat positif untuk perkembangan otak. Dia secara intrinsic akan termotivasi belajar. Inilah kenapa penting membuat anak bahagia di kelas.
Ketiga, memberi ruang bergerak kepada siswa menunjukkan pendidik mengharagi keberagaman peserta didik. Tidak semua peserta didik bisa bertahan duduk diam selama 40 menit. Sepertinya guru sangat kejam ketika menyuruh siswa duduk diam selama 40 menit tanpa aktivitas jeda.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, gagasan Gavin McCormack memberi dukungan besar. Kurikulum Merdeka mendorong para guru kreatif mendisain pembelajaran (Creative learning). Pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas. Bisa dilaksanakan di luar kelas dan menggunakan alam sekitar sebagai materi ajar atau sebagai ruang untuk pendalaman materi. Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang sebagai kegiatan kokurikuler dengan gagasan dasar sebagaimana disampaikan oleh Gavin McCormack. Disinilah sekali lagi pentingnya kecerdasan pedagogi guru. Mendisain kelas dalam pemebalajran, salah satunya memberi ruang bergerak kepada peserta didik, adalah kompetensi pedagogi. (Purwanto-kepala SMA-IG:masguspung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H