Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Save Our Youth, Ketika Pintar Saja Tidak Cukup

14 November 2020   23:34 Diperbarui: 15 November 2020   07:59 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseharian saya sebagai kepala sekolah sangat akrab dengan pendampingan dan pengembangan diri anak-anak. Dalam satu minggu  ini saya mendapatkan empat tamu. Mereka adalah orang tua murid yang mempunyai kesulitan terkait dengan motivasi belajar anak-anak mereka. Pada saat sekarang generasi muda kita membutuhkan perhatian serius. Ketika tingkat perekonomian membaik, akses pendidikan meningkat menghasilkan generasi yang cerdas intelektual semakin tinggi. Namun, kecerdasan emosi dan atau karakter mereka harus mendapatkan perhatian yang sangat serius.

Demotivasi, stres, depresi hingga bunuh diri akibat situasi yang menekan sangat rentan pada diri remaja (anak-anak kita). Belum lama ini kita mendengar berita. Di Goa, pertengahan Oktober 2020 siswa SMA nekad bunuh diri minum racun akibat stres karena pekerjaan sekolah yang menumpuk selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Akhir Oktober 2020 siswa SMP di Kalimantan Utara menggantung diri karena stres akibat PJJ.

Gerakan Nasional Save Our Youth (SOY)

Darurat menyelamatkan generasi muda inilah yang mendorong saya sangat konsern terhadap isu pentinya pendidikan karakter. Pentingnya membangun mental para remaja kita. Karena itulah saya sangat bersyukur bisa bergabung dengan para trainer ELT di bawah bendera MWS (Miniworkshopseries) yang dimotori oleh master trainer  EQ, Bapak Anthony Dio Martin, yang mendesain kampanye nasional Save Our Youth (SOY). Kampanye nasional ini menjadi tonggak yang menancapkan betapa pentinya "Ketika Pintar Saja Tidak Cukup." Kegelisahan Bapak Anthony Dio Martin terhadap banyaknya anak pinter dan genius tetapi tidak diimbangi karakter yang baik membuahkan buku yang sangat inspiratif, yaitu  Ketika Pintar Saja Tidak Cukup.  Buku inilah yang kemudian dijabarkan dalam materi seminar bagi orang tua, guru dan generasi muda dalam SOY

Webinar Parenting Orang Tua Siswa SMP Cinta Kasih Tzu Chi
Webinar Parenting Orang Tua Siswa SMP Cinta Kasih Tzu Chi
Kenapa Orang Tua dan Guru

Harus diakui bahwa pandemi Covid 19 mengembalikan peran pentng orang tua sebagai pendidik utama bagi anak di dalam keluarga. Keluargalah institusi pertama dan utama dalam pendidikan anak, dan orang tualah sesungguhnya guru kehidupan bagi anak. Pandemi membawa dampak positif (maaf) yaitu  orang tua sebagai pendidik utama, yang sebelumnya semua peran pendidikan diserahkan kepada sekolah. Karena pandemic Covid 19 orang tua dipaksa menjalankan peran sebagai guru, dalam arti mendidik dan mendampingi. Dalam konteks ini apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, Jadikan setiap orang sebagai guru, dan setiap rumah sebagai sekolah," mendapatkan kebenarannya.

Sebagai kepala sekolah saya menyambut baik hal ini dengan cara "membekali" orang tua dengan kiat-kiat praktis (lihat Two Minutes For Hope). Tentu saja hal ini tidaklah cukup. Orang tua harus terus belajar bagaimana melakukan peran itu secara maksimal.

Kampanye nasional SOY dengan tajuk Ketika Pintar Saja Tidak Cukup memberi "pembekalan" yang lebih komprehensip kepada orang tua bagaimana menjadi pendidik, dan pendamping anak dalam pengembagnan karakter. Tentu ini kabar gembira bagi para orang tua, guru dan siapapun Anda yang terlibat dalam pendampingan orang muda. Di sini Anda akan memperoleh harta yang terpendam  membangun karakter secara cuma-cuma sebagai persembahan para trainer ELT kepada bangsa Indonesia. Karena kami sadar banget, "Tidak yang lebih bermanfaat selain hidup yang bermanfaat bagi semesta" (Preetha Krishna)

Orang tua dan guru (sekolah) adalah dua pilar penting dalam Pendidikan karakter anak. Rumah dan sekolah adalah dua tempat yang akan menentukan anak kita mau menjadi seperti apa. Karena itu orang tua dan guru harus memiliki frekuensi yang sama dalam mendampingi anak-anak, agar mereka pintar dan berkarkater. Di dalam seminar Ketika Pintar Saja Tidak Cukup hal tersebut dikupas tuntas dengan bahasa sederhana dan contoh konkret.

Webinar Parenting Orang Tua Siswa SMP Strada Pelita II
Webinar Parenting Orang Tua Siswa SMP Strada Pelita II
Satu Pun Cukup Daripada Tidak

"With one kind gesture you can change a life. One person at a time you can change the world "(Steve Maraboli) Ungkapan yang ada di salah satu slide materi SOY ini mau menggambarkan kepada kita bahwa dengan satu sentuhan baik kita bisa mengubah hidup. Dan siapapun Anda pada suatu saat bisa mengubah dunia. Bagi saya melakukan kampanye nasional ini adalah sentuhan baik, dan saat inilah saya bisa mengubah dunia seseorang (satu orang), tidak harus dunia semua orang. Saya jadi teringat apa yang dikatakan oleh Mother Teresa ketika beliau ditanya oleh wartawan, "Bunda, apakah Anda yakin bisa mengubah dunia dengan tindakan Anda ini?" Bunda Teresa menjawab, "Paling tidak saya bisa menyelamatkan satu orang ketika orang tersebut menjadi siap untuk meninggal." Wou... dan dengan gerakan ini saya mau mengatakan, "Paling tidak saya bisa membantu satu orang (generasi muda) hidup lebih baik." Siapa tahu anak muda itu nanti jadi pemimpin bangsa,  keren kan? (Purwanto, M.Pd Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun