Aku mengajak guru yang menyita handphone si anak untuk percaya pada keterangan si anak bahwa ia tidak mencontek. Saya mengajak guru cek isi handphone.
Di dalamnya tidak ada data yang dicurigai. Persoalan mencontek terselesaikan. Si anak tidak mencontek. Pelangaran si anak hanyalah tidak menitipkan handphone kepada wali kelas. Tentu saja ini lebih baik dibanding pelanggaran mencontek. Sanksi untuk pelanggaran tidak menitipkan handphone lebih ringan daripada mencontek.
Saya mengajak guru melihat sisi positif pada diri anak tersebut. Sisi positif itu yang harus terus menerus diafirmasi dengan berbagai cara misalnya pujian dan seterusnya.
Saya juga mengajak semua guru yang mengajar di kelas tersebut agar memberi penguatan positif kepada  anak ini. Dengan demikian terdapat gerakan penguatan positif yang semakin luas.
Langkah ini bukan mau menjawab sebuah jaminan siswa ini menjadi bintang di kelas, tapi memberi keyakinan bahwa kami telah melakukan terbaik bagi siswa kami.
Semakin banyak guru yang memiliki cara pandang postif terhadap siswa ini, saya yakin ia akan lebih senang belajar di kelas. Ketika ia lebih senang belajar, tentu akan membuahkan perkembangan positif. Benar apa yang pernah dikatakan oleh seorang bijak: jika Anda mengharapkan hasil yang berbeda, Anda harus melakukan sesuatu yang berbeda. Metode ekspansi kekuatan positif adalah tindakan intervensi yang kami lakukan untuk membuat perubahan. Perubahan dalam memperlakukan siswa.
Dengan cara inilah kami terlibat membangun generasi muda yang cerdas dan humanis. Semoga semakin luas kebaikan disebarkan di lingkungan sekolah.
(Purwanto-Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H