"Jika saja orang tuanya kooperatif, persoalan ini segera beres". Kalimat itu diungkapkan oleh seorang guru ketika saya bercerita bahwa orang tua si anak yang handphonenya ditahan tidak terima. Kasus handphone siswa ditahan sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Bahkan bersama dengan kasus ini ada beberapa siswa yang handphonenya juga ditahan. Kasus ini terjadi saat ulangan. Seorang guru yang sedang mengawas ulangan menangkap seorang siswa sedang mengeluarkan handphone dari sakunya. Guru langsung mengambil handphone tersebut dengan keterangan siswa mencontek menggunakan handphone.
Pada hari itu juga orang tua siswa datang ke sekolah. Ia tidak terima handphone anaknya ditahan. Menurutnya, si anak tidak mencontek.
"Menyita handphone hanyalah tindakan yang justru memperburuk kondisi anak. Handphone itu jantung anak saya" kata orang tua itu. "semua catatan ada di handphone. Anak saya belajar dari handphone".
Saya mendengarkan dengan cukup tenang, walau terkadang merasa jengkel juga karena orang tua ini terus menerus membela si anak, dengan menyudutkan pihak sekolah.
Beberapa kali kalimat provokatif dan intimidatif dinyatakan oleh orang tua ini. Misalnya "tenang saja kamu (anaknya), papa tidak akan membawa pengacara ke sini". "Apa hubungan nilai pelajaran dengan instagram" (ada guru memberi tugas kepada siswa untuk memposting diinstagram gambar binatang yang dilundungi)
Saya bicara empat mata dengan siswa tersebut. Dia bercerita runtutan kejadian sampai guru menangkap ia mengeluarkan handphone. Tidak ada satu kalimat pengakuan bahwa ia mencontek.
Bahkan ketika saya tanya apakah ada niat mencontek, ia menjawab tidak ada niat sama sekali. Ia mengeluarkan handphone dengan maksud mematikannya karena handphone bergetar terus.
Ini sangat berbeda dengan cerita guru yang menangkapnya. Guru saya sungguh yakin bahwa si anak mencontek.
Motode Ekspansi Kekuatan Positif
Dalam perenunganku mencari solusi terbaik, aku teringat dengan tulisan seorang murid Master Cheng Yen perihal metode ekspansi kekuatan positif. Metode ekspansi kekuatan positif mengatakan: Dengan memperluas kebajikan, Keburukan akan semakin terkikis" Metode ini mengajarkan kepada kita supaya melihat segi positif dari segala hal (tidak sama loh dengan melihat segala hal secara positif). Jika hendak mengubah orang yang batinnya kehilangan arah dan terjerumus (perilaku negative), pertama-tama anda harus menemukan dan mengakui sisi  yang benar dalam dirinya. Kemudian sedikit demi sedikit Anda harus memperkokoh sisi baik itu, serta membimbingnya untuk mendapatkan kembali hakikat dirinya.
Dengan cara pikir itu, saya mencoba percaya kepada si anak kendati hampir semua guru tidak percaya kepadanya. Beberapa guru memberi kesaksian bahwa si anak pandai beralibi alias membuat alasan. Ini bukan kasus pertama kali bagi dirinya. Tahun lalu pun pernah terjadi. Dan ayahnya memojokkan dan marah kepada guru-guru. "Ya, percaya itu tidak mudah apalagi ketika tidak ada satu orang pun yang percaya kepadanya", aku bergumam dalam hati.