Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kado Buat Kaum Pria di Hari Ibu

21 Desember 2015   22:46 Diperbarui: 21 Desember 2015   22:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan ini adalah kado untuk kaum pria, baik yang sudah menikah maupun yang masih jomblo. Saya mulai dengan kisah nyata yang saya jumpai:

Anaknya 6 orang. Yang paling besar baru saja selesai SMA dan yang paling kecil kelas 3 SD. Kakak dari yang bontot memiliki perilaku yang agak aneh. Kadang tampak normal tetapi sering kurang….(maaf). Dia berjuang seorang diri sejak ditinggal meninggal suaminya akibat serangan jantung. Aktivitas setiap hari jualan bensin dipinggir jalan sembari menerima tambal ban. Ia tegar, kuat dan tabah. Usianya berkisar 50-an, saya sering memanggilnya Mama Beta, karena anaknya yang bontot bernama Betaria. Berbeda dengan bu Haji. Dia dipanggil bu Haji bukan karena sudah naik haji tetapi suaminya dulu haji; ditinggal pergi suaminya begitu saja. Bu Haji sudah lanjut usia, kisaran hampir 70 tahun, tapi harus membesarkan dua cucunya, yang baru kelas 4 dan kelas 1 SD. Setiap hari bu Haji jualan pisang goreng didepan rumahnya.

Masih banyak wanita seperti bu Haji dan Mama Beta, yang hidup memikul beban berat ekonomi dan mental/jiwa. Wanita pekerja; dan berjuang dengan segala cara untuk membesarkan anak-anaknya, tanpa dampingan seorang suami. Bisa bertahan, dan masih bisa tersenyum.

 

Wanita Selalu Pahlawan

Tidak berlebihan kalau gelar “pahlawan” disematkan kepada wanita, seorang ibu. Setiap ibu selalu menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Kita lihat kisah Nabi Musa. Ia hidup, besar, dan menjadi nabi besar karena kepahlawanan wanita. Saat ia baru saja dilahirkan, Musa bayi diselamatkan ibunya; dikatakan ia “disembunyikan” ibunya. Ketika Musa mulai besar, dan takut diketahui orang Mesir, ibunya meletakan Musa ditengah teberau Sungai Nil. Musa dijaga oleh kakak perempuan dengan mengamati Musa dari kejauhan. Kisah selnjutnya Musa diselamatkan oleh anak gadis Firaun dan dibesarkan di istana. Sampai akhirnya Musa menjadi pemimpin bangsanya, selalu ada wanita dibelakangnya.

Wanita sebagai “hero” sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu; dan itu kisah penyelamatan bukan kehancuran. Kodrat wania itu memelihara; menyelamatkan bukan merusah ataumenghancurkan. Lihat Yakub menjadi pemimpin bangsanya juga karena ibunya; bukan warisan. Kisah itu terus berlanjut hingga sekarang. Selalu ada sosok ibu dibalik kebesaran seorang pemimpin. Belum lama ini Metro TV dalam acara Mata Najuwa menghadirkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dengan sangat jelas Bapak Gubernur mengatakan kalau ia bisa jauh dari korupsi karena selalu ingat nasihat ibunya. Nasihat yang bagai mantra dahsyat “Nak. Kamu sudha cukup uang, tidak usah korupsi. Itu tidak perlu lagi”

Setiap orang entah itu pemimpin, atau kepala keluarga atau apapun profesinya, bisa menjadi berkarakter dalam hidupnya, lurus dalam perilakunya, kuat dalam prinsip, tergas pada diri sendiri dapat dipastikan memiliki pengalaman yang positif dengan ibunya. Ibu, sosok yang tidak pernah akan habis direnungkan; ia bagai air dalam kehidupan semesta ini. Tanpa air makhluk hidup akan mati demikian juga tanpa ibu, masayarakat akan kehilangan identitas kemanusiaannya. Wanita jauh lebih kuat dibandingkan pria. Ditinggal meninggal seorang ayah tidak lebih buruk ditinggal seorang ibu. Ibu adalah sosok luar biasa, cintanya tiada batas kepada anak-anaknya; perkataan yang keluar dari mulutnya adalah mantra; menjadi berkat bila itu positif; menjadi kutuk bila itu negative.

Saya memiliki ibu, demikian juga Anda; entah itu masih hidup ataupun sudah meninggal. Saya memiliki istri,demikian juga Anda entah itu masih hidup atau pun sudah meniggal. Istri Anda adalah ibu bagi anak-anak Anda. Kehangatan rumah tangga karena ibu dari anak-anak Anda. Dan hari ini adalah hari ibu. Layaknya kalau saya dan Anda menyadari betapa luhur dan mulia ibu dari anak-anak Anda. Ia adalah pahlawan bagi anak-anak Anda. Cinta dan perhatian layak ditumpahkan kepadanya. Syukuri dia apa adanya dan jangan mencari yang lain selain dia; apa pun kondisi dan bentuknya, sifat dan karakternya, entah itu pendiam seribu basa atau bawel seribu kata, dialah yang terbaik bagi Anda dan anak-anak Anda. Sebagai sesama pria, saya menitipkan pesan; jangan sia-siakan dia; pujalah dia dalam hati sanubari Anda; karena bagi anak-anak Anda wanita itu lebih dari pada ratu dari negeri selatan, bahkan surga pun dijadikan tumpuan kakinya. “Selamat hari ibu, mama dan istriku. Engkau berkat terindah dalam hidupku” (Agustinus Mase Purwanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun