Mohon tunggu...
Bima M
Bima M Mohon Tunggu... Administrasi - Seniman

Pernah pameran lukisan remaja, pemuda dan tingkat nasional. Pernah ikut lomba desain grafis, membuat skenario, kartun. Suka membuat cerpen dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Warung Makan

2 April 2015   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang gadis pengelola warung, dengan lincahnya mencabik-cabik jamur. Diletakkannnya pada sebuah tempat waskom pelastik untuk dijadikan masakan jamur. Waskom tersebut diletakkan pada sebuah meja panjang yang juga berfungsi sebagai tempat makan bagi pengunjung warung.

Pembeli berdatangan dengan mengenakan pakaian kerja pada pagi hari. Mereka ada yang menggunakan seragam kerja, dan ada pula yang berpakaian bebas rapi. Salah seorang pengelola bernama Sri menghampiri pembeli apa yang diinginkan. Apa mau dibungkus atau makan di sini mas, tanya Sri. Seorang pembeli yang mengenakan seragam putih biru menjawab dibungkus saja mbak, jawabnya.

Orang tersebut menunjuk beberapa menu. Kemudian Sri mengambil secarik kertas lilin coklat. Sri mengambil centong yang dipergunakan untuk mengambil nasi. “Apa nasinya cukup satu atau setengah”, tanya Sri. “Cukup satu saja mbak”, jawab pembeli yang berseragam putih biru. Lauknya apa saja, tanya Sri. Sambil memperhatikan lauk yang diletakkan secara teratur.

Sri meletakkan lauk pada lemari kaca yang terdiri dari tiga rak yang terbuat dari aluminium. Rak pertama diletakkan beberapa macam makanan seperti tempe goreng, tahu goreng, potongan kecil-kecil, potongan kentang kecil-kecil, telor asin, telor dadar, telor mata sapi dan telor balado masing-masing diletakkan pada piring kaca. Piring disusun secara berjajar. Pada rak yang kedua ditempatkan beberapa macam makanan seperti sayur toge, sayur timun, cap-cay, kacang panjang, dan sayur sawi putih. Masing masing masakan ditempatkan pada kotak persegi empat yang terbuat dari aluminium. Ditempatkan secara teratur rapih. Pada rak ketiga disusun rapi juga yang ditempatkan masakan yang lebih beragam ada ikan tongkol balado, ikan cuek yang digoreng, ikan mas bumbu kuning, dan ampela hati. Makanan pada rak ketiga ditempatkan pada kotak persegiempat yang juga terbuat dari aluminium yang tertata rapih.

“Pak pilih yang mana lauknya”, tanya Sri. “Baik kalau begitu saya pilih tempe goreng, telor goreng dan sayur toge”, jawabnya. “Hampir lupa dikasih sambel juga”, lanjutnya. Berapa mbak, tanya pembeli seragam putih biru. Baik pak sambil dibungkus rapih dan diikat dengan karet gelang, jawab Sri. Sri berhitung berapa yang harus dibayar oleh pembeli.Rp. 10.000,- jawab Sri. Pembeli mengeluarkan uang kertas Rp. 10.000,- diberikan pada Sri. Harganya naik kenapa Sri, tanya pembeli. Bagaimana lagi harga gas elpiji 15 kg naik, jawab Sri. Pembeli hanya menganggukan kepalanya langsung pergi.

Pembeli berseragam hijau lumut dengan menggunakan kerudung putih sambil tersenyum melihat makanan yang tersusun rapi. Sri bertanya apa yang diinginkan dibungkus atau makan disini. Ibu tersebut menjawab, “makan disini mbak”. Kemudian Sri mengambil piring dan mengambil nasi yang diambil dari centong nasi. Apa banyak atau sedikit, tanya Sri sambil menunjukkan pada Ibu tersebut. “Sedikit saja nasinya”, jawabnya. “Apa lauk yang ibu mau”, tanya Sri. Ibu berkerudung putih sambil memperhatikan lauk yang terdapat pada rak pertama, kedua dan ketiga. “Ditunjuknya tempe, ikan cuek dan sayur toge”, jawabnya. Baik bu, jawab Sri singkat. Sri begitu terampil mengambil lauk yang sudah ditunjuk. Lauk diletakkan pada sebuah piring yang dipegang Sri.

“Ibu duduk mana”, tanya Sri sambil menghampirinya. Ibu berkerudung putih menunjuk pada meja nomor dua. Diletakkan piring yang berisi nasi putih beserta lauknya. “Ibu mau minum apa”, tanya Sri. “Air putih saja”, jawabnya. Ibu berkerudung putih menghampiri meja yang sudah ada piring berisi nasi putih dan lauknya beserta air putih. Ibu berkerudung putih memakan dengan lahapnya. Sri memandang dengan senang hati karena kepuasan pembeli merupakan kebahagiaan bagi dirinya.

Agar pembeli di warungnya merasa senang hati, maka dihidupkan televisi yang berisi hiburan dan berita. Sri memilih channel Kompas TV, merupakan channel favoritnya. Bagi Sri berita aktual begitu diperlukan, apalagi yang berhubungan dengan BBM dan harga elpiji.

Sri memilih elpiji 12 kg yang mulai naik sejak tanggal 1 Maret 2015 sebesar Rp 5000 menjadi Rp 134.000 per tabung gas. Dahinya berkerut wajah tampak serius karena harus menyesuaikan dengan menu makanan di warungnya. Kalau dinaikkan membuat pelanggan atau pembeli berpindah tempat. Bagaimana bila tidak disesuaikan, maka modalnya tidak cukup untuk membeli bahan-bahan makanan. Ini masih belum untuk membeli tabung gas 12 kg sebanyak 2 buah tabung.

Dia memperhatikan karyawati yang bekerja di warungnya yang berjumlah tiga orang. Bagaimana dengan membayar gaji yang harus diberikannya untuk setiap bulan. Tambah lama mengalami kesulitan untuk mempertahankan warung yang dikelola secara turun temurun dari orang tuanya. Pusing dirasakan baginya untuk memutar modal yang didapat dari keuntungan kotor. Keuntungan kotor yang didapat digunakan untuk membayar gaji tiap bulan bagi 3 tiga orang karyawati, listrik, air PAM dan restribusi beserta iuran yang lainnya.

Sungguh dirasakan sedih kembali modal saja bagi dirinya, keuntungan bersih yang diharapkan tinggal angan-angan saja.

Jam terus bergerak beranjak siang mulai menujukkan jam yang ditunggu-tunggu para pengelola warung. Jam waktunya istirahat untuk makan siang bagi para para karyawan dan karyawati yang berasal dari kantor-kantor. Gedung perkantoran yang barada disekitar warung miliknya. Warung yang dimiliki Sri memiliki tempat cukup strategis. Mungkin ini yang membuat hatinya sedikit terhibur.

Dia sudah tidak begitu sabar memperhatikan jam dinding yang terus berdetak detak. Jarum jam terus bergerak mengarah jam 12.Sri sambil berdo’a memanjatkan pada Tuhan. Beberapa orang berseragam masuk ke warungnya. Sri pun memandang dengan senyum bahagianya.

Sri memanggil Rita yang merupakan karyawatinya untuk segera melayani pembeli. Iya bu, jawab Rita. Rita pun bergegas menghampiri para pembeli dengan cekatan. Para pembeli pun memandang makanan yang tersedia. Mereka dengan rapih dan tertibnya mulai memilih makanan yang diinginkannya.

Rita mulai mengambil piring dan menanyakan apa nasinya satu atau setengah. Istilah nasi satu berarti satu centong nasi, kalau nasi setengah berarti setengah ukuran dari centong nasinya. Kemudian menanyakan apa lauknya dan makan disini atau dibungkus.

Mereka setelah memesan apa yang dipilihnya mengambil tempat pada meja dan kursi yang diatur. 3 Meja yang diletakkan secara bershap disertai setiap meja ada 10 buah kursi. Diletakkan pula 3 buah meja yang merapat pada dinding sebelah kiri dengan jumlah kursi sebanyak 10 buah kursi. Ada pula 3 buah meja diletakkan pada dinding sebelah kanan dengan jumlah kursi sebanyak 10 buah pula.

Pembicaraan diantara mereka seputar dengan perkerjaan yang di kantor. Kadangkala serius.“Apa surat-surat sudah dibuat”, tanya Amir salah seorangnya. “Banyak menumpuk di meja belum selesai”, jawab Budi teman Amir. Itu surat surat segera diberaskan nanti ditanya, jawab pula Amir. Tono yang merupakan rekannya pun turut pula menyambung, “saya kasih tau apa yang dikerjakan diharapkan bisa ditanggapi dengan baik oleh konsumen”.

“Usaha bergerak di bidang properti begitu kuat persaingannya”, jawab Amir. Kata Budi, “kita bergerak cepat untuk menyebar brosur-brosur”. “Bila perlu kita berikan brosur pada konsumen dekat lampu lalu-lintas”, jawab Tono. “Saya setuju saja pada waktu lampu merah”, jawab Budi.“Bagaimana dengan karyawan yang bagian promosi apa diberikan uang bensin”, tanya Amir. Budi agak terkejut dengan pertanyaan tersebut karena bagian promisi diberikan uang bensin bila akan menyebar promisi. “Ada berita apa tentang BBM berdampak pada bagian promosi”, tanya Budi.

Amir pun tersenyum melihat teman-temannya.” Apa belum tau kalau BBM naik Rp 500 per 28 Maret 2015 pukul 00.00”, penjelasan Amir.Budi berkerut dahinya harus menghitung berapa pengeluaran yang akan diberikan bagi bagian promisi. Tono tiba-tiba memotong pembicaraan, “sudah jam berapa kita kembali ke kantor”. Sri pun agak terkejut apa lagi mendengar harga BBM naik. “Apa naik harga BBM”, tanya Sri. “Ya mbak”, jawab Amir. “Kami mau bayar makanan apa masih harga sebelumnya mbak”, tanya Amir. “Mbak sudah dengar harga BBM naik tiba-tiba harga makanan di warung mbak ikut naik”, kata Tono. Disambut tawa oleh para pembeli yang makan di warung milik Sri. Sri pun tersenyum. “Nggak belum naik. Kemungkinan minggu depan”, jawab Sri. “Kalau begitu kami jadi lega”, jawab Budi. Mereka pun satu persatu membayar makanan dan minuman sesuai pesannya pada Sri.

Warung miliknya mulai terasa sepi ditinggal para pembeli. Sri mulai membersihkan warungnya beserta karyawatinya.

(Kamis, 2 April 2015, Bima Mulijarto, S.Pd, S.E, M.M)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun