Pada kesempatan kunjungannya ke beberapa negara di Asia pada dua pekan yang lalu, ketua DPR AS Nancy Pelosi yang sebelumnya membatalkan kunjungan ke Taiwan ternyata tetap mengunjungi wilayah sengketa RRC tersebut. Sejak seminggu yang lalu kunjungan Pelosi ke Taiwan pada 3 Agustus, dirasa telah banyak menyebabkan beberapa kejadian.Â
Namun tampaknya kunjungan Pelosi tersebut tidak memberi dampak yang menguntungkan, baik bagi Taiwan, US, ataupun RRC. Justru yang terjadi adalah sebuah ketegangan dengan adanya aktivitas latihan militer China yang meningkat di sekitaran Selat Taiwan.Â
Di rasa kesinggahan Pelosi ke Taiwan hanyalah sebagai penyamun di kawasan asia timur, mengapa? Sangat mudah di identifikasi dengan apa yang terjadi selama seminggunya dengan adanya ketegangan, bukan hanya bagi kalangan pemerintahnya saja, namun juga bagi sebagian warga sipil di daratan China atau pun kepulauan Taiwan.
Beberapa bayangan buruk dirasa akan menghantui pihak-pihak terkait. Bagi Taiwan bila saja serangan militer China terjadi, nasib buruk  yang dialami Ukraina oleh Rusia tak terelakkan. Tentunya akan terjadi kekrisisan bagi Taiwan, korban peperangan, bencana kelaparan, kesehatan, ekonomi yang melemah.Â
Sementara bagi China sendiri bila saja perjanjian prinsip Satu China dilanggar maka bukan tidak mungkin perang saudara antara Taiwan dengan Beijing dapat terjadi. China akan banyak mengeluarkan anggaran besar yang mesti tidak perlu glontorkan.Â
China pun akan dipandang dunia sebagai negara yang tidak peduli akan hak asasi manusia, karena Taiwan yang menuntut kemerdekaan. Bukan tidak mungkin hubungan bilateral China dengan negara-negara adidaya atau pun yang berkembang dapat menjadi rusak bahkan berakhir.
Tentu Taiwan masih belum cukup siap menghadapi serangan tersebut. Di konfirmasi bahwa China di tahun 1996 sempat mundur dalam perang seteru atas dukungan Amerika Serikat bagi Taiwan, karena alasan kekuatan militer yang belum memadai. Namun itu sudah dua dekade lebih.Â
Kini kekuatan militer China bukan saja tidak boleh dipandang sebelah mata, akan tetapi sangat tidak bijak menandingi kekuatan  militer negara tirai bambu tersebut. Dengan kekuatan anggota militer yang lebih dari dua juta orang, dan alusista kendaraan tempur darat, laut, dan udaranya, rasanya China dapat disandingkan dengan militer Amerika Serikat.Â
Dengan demikian muncul pertanyaan, apakah Taiwan dapat siap saat invasi dari China itu terjadi? Tentunya dapat diperkirakan Taiwan tidak siap dengan anggota militernya yang hanya berjumlah seratus enam puluh sembilan ribu orang.Â
Namun skeptis ini mungkin dapat terbantahkan dengan detail yang terjadi di lapangan. Pelosi yang mengunjungi Taiwan diidentifikasi sebagai suatu bentuk dukungan provokasi agar realisasi mimpi buruk Amerika Serikat  tidak terjadi yang mana itu adalah China yang menguasai kekuatan ekonomi global, yang berarti Amerika Serikat bisa jadi  akan tidak lagi menjadi acuan ekonomi global.Â
Berdasarkan pandangan itu maka Amerika tentu  mendukung hak asasi rakyat Taiwan, yang otomatis bila China menginvasi Taiwan, Amerika Serikat bersama negara sekutu yang diantaranya Jepang, Australia, Korea Selatan, dll  tidak akan tinggal diam. Mereka akan ikut membantu Taiwan.