Mohon tunggu...
Bima WimantaraPutra
Bima WimantaraPutra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Airlangga

Semester 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paham Gerakan Fundamentalisme Agama yang Semakin Menguat di Indonesia

30 Juni 2022   00:27 Diperbarui: 30 Juni 2022   00:49 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fundamentalisme agama menjadi topik utama dalam kehidupan keberagamaan tidak saja di tanah air, tetapi juga di seluruh dunia. Seperti apa yang disinyalir seorang tokoh , hampir di setiap agama fundamentalisme selalu muncul, meski kadar dan bentuknya berbeda-beda.(Karen Amstrong, 2016). 

Namun, gerakan fundamentalisme agama yang paling tampak berhadap- hadapan, khususnya di Indonesia, fundamentalisme agama kadang menampak pada sikap keagamaan pemeluknya, sementara di sisi lain fundamentalisme juga tidak jarang tampak meski hanya dalam batasan pemahaman ajaran agama semata. Kendati demikian, fundamentalisme agama tetap merupakan suatu fenomena yang masih tetap samar.

Kerancuan itu pada akhirnya berlanjut pada distingsi kelompok penganut agama. Artinya fundamentalis terkadang diarahkan kepada pihak yang mengaku sebagai kelompok pembaharu. Terkadang dituduhkan oleh kelompok puritan tatkala melawan kelompok liberal, sementara tuduhan yang sama juga kerap dialamatkan kepada kelompok radikal-militan dengan gerakannya yang dinilai serba ekstrem. 

Hal yang sama juga terdapat pada term radikalisme dan terorisme, terjadi perluasan makna yang mengakibatkan tidak jelasnya batasan-batasan istilah tersebut.

Gerakan fundamentalisme dihubungkan dengan dua sikap yang sangat menyolok, yakni sikap ekstremitas dan sikap puritan yang bertumpu kepada pemurnian agama.Terorisme adalah paham yang menggunakan kekerasan untuk menciptakan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan.

Fundamentalisme agama, mengajak kita untuk kembali merefleksikan kedalaman penghayatan iman kita. Memang kita rindu agar kebenaran agama kita sungguh dihormati dan dihargai. 

Namun, kita tidak boleh lupa bahwa di luar kita ada aneka kebenaran agama yang diimani dan dihayati sesama. Kebenaran agama akan makin sejati saat mau terbuka pada diskursus dan dialog diwarnai rasa ketulusan.

Dalam dialog, kebenaran kita akan makin mutlak karena antara kita dan sesama saling melengkapi dan memperkaya. 

Namun, jika ruang dan peluang diskursus dan dialog tertutup oleh formalis agama semata, rasanya perdamaian makin jauh dari kehidupan kita, dan yang ada hanyalah jerit tangis anak bangsa akibat dilindas oleh "kebenaran mutlak" oknum fundamentalis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun