Saat membaca kitab, sering kali kita menemukan beberapa istilah asing, salah satunya adalah hadits dhaif. Apa sih hadits Dhoif itu? Mari kita bahas lebih lanjut!
Pengertian hadits dhaif
Menurut bahasa dhaif diambil dari bahasa arab ظيف yang berarti lemah dan merupakan lawan kata dari قوي yang memiliki arti kuat. Sehingga hadits Dhaif adalah hadits yang lemah.
Sedangkan menurut istilah hadits dhaif ialah hadits yang tidak sampai pada derajat shahih dan tidak sampai di derajat hasan. Ke dhaif-an suatu hadits berbeda-beda tergantung dari tingkatan ke shahihannya.
Ciri-ciri hadits Dhaif
Kriteria hadits dhaif yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits shahih dan hasan. Berikut merupakan ciri-ciri hadits Dhaif, menurut para muhadditsin (ahli hadits):
- Sanadnya tidak bersambung sampai ke Rasulullah
- Lemahnya ingatan perawi
- Tidak adilnya para perawi
- Adanya cacat (syadz) maupun adanya illat
Adapun jenis-jenis hadits Dhaif antara lain:
- Hadits muallaq
- Hadits Mursal
- Hadits mu’dhol
- Hadits munqothi’
- Hadits mudallas
- Hadits Mursal khafi
Hukum mengamalkan Hadits dhaif
Para ulama’ berbeda-beda dalam menyikapi hadits dhaif, yaitu:
1. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits dhaif tidak bisa dijadikan hujjah, terutama untuk hukum halal dan haram.
2. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits dhaif bisa digunakan sebagai hujjah, misalnya dalam fadhailul amal.
3. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa hadits Dhaif tidak bisa diamalkan
4. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hadits dhaif bisa dijadikan landasan hukum
5. Imam Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud berpendapat bahwa hadits dhaif bisa diamalkan secara mutlak, jika tidak ada hadits lain yang menerangkannya
Contoh-contoh hadits dhaif
1. Diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang sholat 6 rakaat setelah sholat maghrib dan tidak berbicara sedikit pun di antara sholat tersebut, maka baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.”
Menurut imam Bukhari hadits ini termasuk hadits dhaif karena sanadnya sangat lemah. Bahkan Ibnu Hibban menjelaskan bahwa dalam riwayat lain Umar pernah memalsukan hadits atas nama Malik dan Ibn Abi Dzib.
2. Diriwayatkan oleh Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki Bani Sulaim, Rasulullah bersabda, “Puasa itu setengahnya kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman.”
Imam Ibunul Maidi dalam kitab Tahdibut Tahdzin, sanad hadits ini dikatakan dhaif. Sebab, Juraisy Bin Kulaib adalah seorang mahjul atau tidak dikenal.
3. Diriwayatkan oleh Anas Radhiyallahu anhu adalah Nabi shalallahu alaihi wasallam berdoa agar bertemu dengan bulan Ramadhan, maka saat beliau sudah berada di bulan Rajab, beliau berdoa: “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta temukanlah kami dengan bulan Ramadhan”
Hadits ini menjadi dhaif karena ada dua perawi yang lemah yang pertama adalah Zaidah bin Abu Ruqad Al Bahili. Dia merupakan seorang yang munkarul hadits (haditsnya mungkar) sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari, Nasai dan Al Hafizh Ibnu Hajar. Kedua : Ziyad bin Abdullah An Numairi dia seorang yang dinilai lemah oleh Imam Yahya Bin Ma’in, Abu Daud dan Al Hafizh Ibnu Hajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H