Konsep "Merdeka Belajar" yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bertujuan untuk mereformasi sistem pendidikan di Indonesia agar lebih relevan, inklusif, dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal (Anggara et al., 2023). Penerapan kurikulum merdeka menciptakan adanya konsep merdeka belajar bagi siswa. Menurut (Sherly et al., 2020) merdeka belajar sebagai program kebijakan yang memberikan kebebasan bagi sekolah, guru, dan siswa untuk mengembangkan, berinovasi, dan bebas belajar dengan mandiri dan kreatif. Penerapan kurikulum merdeka mendorong guru untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya menghargai keberagaman kebutuhan siswa. Strategi ini dirancang untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar siswa (Latifah, 2023). Jika dianalisis tujuan  penguatan  pembelajaran  berdiferensiasi dalam  program  guru  penggerak adalah untuk  menyesuaikan  pembelajaran  yang  berpusat  pada  siswa. Jika  ditinjau  dari  sudut  pandang  Ki  Hadjar Dewantara,  pembelajaran  berdiferensiasi  memiliki  kesamaan  dalam  hal  teknis,  diantaranya  pemikiran  Ki Hadjar  yang  menekankan  bahwa  guru  harus  menuntun  kodrat  anak  agar  sebagai  manusia  mencapai kebahagiaan. Pemikiran Ki Hadjar yang Humanis dengan berpusat pada manusia sebagai mahluk yang bebas/ merdeka. Begitulah  pemikiran  Ki  Hadjar  yang  mengedepankan  konsep  memerdekakan  manusia  melalui pembelajaran  atau  dikenal  dengan  sistem Among yang memiliki  makna  bahwa  mendidik  anak  agar  memiliki kemerdekaan  dalam  batinnya,  dalam  pikirannya  dan  tenaganya (Faiz et al., 2022) . Pembelajaran berdiferensiasi adalah lagkah awal dari lancarnya prosess pembelajaran, jika pembelajaran berdiferensiasi diterapkan siswa akan merasa nyaman dalam pembelajaran karena belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Menganalisis  gaya  belajar  merupakan  salah  satu  cara  guru  dalam  penerapan pembelajaran berdiferensiasi.(Latifah, 2023)
Dalam konteks pendidikan modern, keragaman gaya belajar siswa menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh pendidik.. Gaya belajar yakni usaha menyerap, mengolah, mengingat maupun mengimplementasikan fakta (Himmah & Nugraheni, 2023). Gaya belajar siswa merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan di dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Howard Gardner dengan konsep kecerdasan majemuk, menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan belajar yang berbeda. Â Dengan adanya perbedaan ini pendidik bisa merancang pembelajaran yang memfasilitasi perbedaan peserta didik. Gaya belajar menurut (Putri Ningrat et al., 2018) adalah suatu cara menyerap dan memahami informasi yang digunakan sebagai indikator untuk bertindak dan berkaitan dengan lingkungan belajar. Seseorang mungkin akan lebih mudah belajar dengan cara mencatatnya dengan detail, dengan menyimak penjelasan, atau dengan mempraktikkannya lansung. Setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam memproses informasi, memahami konsep, dan mengaplikasikan pengetahuan. Bobby De Potter (1992) dalam (Nurzaki Alhafiz, 2022) berpendapat bahwa masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi/belajar.Terdapat tiga gaya belajar yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Audiotory, Kinestetik. Â Beberapa siswa mungkin belajar lebih baik melalui pengalaman praktis, sementara yang lain mungkin lebih menyukai pembelajaran visual atau auditori. Peserta didik dengan gaya belajar visual lebih mengandalkan kemampuan penglihatan untuk memahami informasi. Mereka cenderung lebih mudah memproses dan mengingat materi melalui gambar, diagram, atau visualisasi daripada penjelasan lisan. Kemampuan membayangkan konsep atau objek yang dipelajari menjadi salah satu keunggulan mereka. Selain itu, mereka biasanya memiliki kepekaan tinggi terhadap warna dan bakat dalam memahami elemen artistik. Meskipun begitu, peserta didik visual sering menghadapi tantangan dalam berkomunikasi secara verbal, terutama karena fokus mereka lebih terarah pada stimulus visual. Akibatnya, mereka kadang salah menafsirkan ucapan atau kata-kata, sebab kurang responsif terhadap informasi berbasis suara.(Hamzah, 2008). Gaya belajar auditori adalah cara belajar yang mengandalkan pendengaran sebagai sumber utama untuk memudahkan pemahaman dalam proses belajar. Gaya belajar kinestetik mengacu pada metode belajar yang lebih efektif melalui gerakan fisik dan interaksi langsung dengan lingkungan atau benda di sekitarnya. Individu yang memiliki gaya belajar kinestetik umumnya lebih mudah belajar melalui tindakan atau aktivitas yang dilakukan secara langsung, seperti mencoba melakukan sendiri atau melihat orang lain melakukan, serta mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam situasi nyata (Wahyuni, 2017). Gaya belajar yang banyak dan beragam tersebut tentunya harus didukung pula dengan beragamnya model guru dalam mengajar.
 Pembelajaran berdiferensiasi ini bukan hal yang baru lagi didalam dunia Pendidikan (Sari et al., 2023). Dengan pembelajaran itu, potensi siswa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan tingkat pencapaiannya. (Andajani, 2022). Pembelajaran berdiferensiasi sangat erat kaitan dengan gaya belajar siswa dimana gaya belajar siswa yang beragam bisa terpenuhi dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pentingnya pembelajaran berdiferensiasi ini karena Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa. (Pitaloka & Arsanti, 2022). Pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari berdifrensiasi proses, konten, dan produk. Implementasi ketiga unsur diferensiasi tersebut juga perlu didukung dengan pengenalan lingkungan atau atmosfer belajar yang baik (Nofitasari et al., 2023). Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi pribadi, sosial, dan struktur fisik kelas.. Pembelajaran  berdiferensiasi dapat  berjalan  dengan  baik  jika  antar  guru  dan  siswa  tumbuh  keyakinan dalam  melaksanakan  pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang memfasilitasi siswa agar terpenuhi kebutuhan belajarnya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi strategi student centered atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa inilah akan membentuk siswa yang aktif .Hal ini sejalan dengan (Ade Sintia Wulandari, 2022) Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha pendidik dalam menyesuaikan kegiatan pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar siswa  terkait kesiapan dalam menerima materi baru, minat peserta didik dan profil belajar atau gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam. Terkait beragamnya gaya belajar siswa dalam satu kelas, pendidik tidak bisa hanya menggunakan satu metode mengajar secara terus menerus tanpa memperhatikan karakteristik siswanya. Salah satu cara yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya belajar adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensia jika diterapkan dengan tepat terjadap gaya belajar siswa akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi, siswa akan difasilitasi proses belajarnya melalui kegiatan pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan kompetensinya. Pendidik berusaha memacu perkembangan siswa yang sudah baik namun tetap memperhatikan dan mendampingi siswa yang mengalami keterlambatan belajar melalui scaffolding.  Terdapat poin penting dalam pembelajaran berdiferensiasi menurut Tomlinson, Carol Ann, & Moon diantaranya; 1) dalam pembelajaran, perbedaan adalah hal yang biasa dan memiliki nilai tersendiri. Guru dikelas berdiferensiasi perlu merangkul dan memahami siswa dengan berbagai pengalaman dan teknik yang beragam. Perbedaan menjadi tantangan dan keunikan tersendiri bagi guru yang perlu dihormati; 2) guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki potensi dan kapasitas yang tersembunyi. Guru harus memiliki pemikiran positif bahwa kekuatan terbesar siswa mungkin masih tersembunyi sehingga gurulah yang harus menggali potensinya agar berkembang secara optimal; 3) Tanggung jawab guru sebagai pionir dalam memfasilitasi siswa agar memiliki kesuksesan. Pada kelas berdiferensiasi kesuksesan siswa adalah dengan pertumbuhan meuju capaian tujuan dan melewati tujuan yang telah ditetapkan. Tentunya pertumbuhan tersebut tidak secara praktis dan kebetulan, namun bergantung pada peran guru dalam mengambil keputusan dalam perencanaan pembelajaran; 4) guru harus meyakini dirinya bahwa dalam pembelajaran beriferensiasi guru harus percaya diri bahwa dirinya adalah pemenang (juara) bagi semua siswa (Marlina, 2020).
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa berdasarkan kesiapannya sehingga siswa tidak merasa bosan atau justru terbebani selama proses belajar. Pembelajaran ini merupakan salah satu cara dalam menerapkan pembelajaran paradigma baru yang diusung pada kurikulum merdeka. berdasarkan keberagaman gaya belajar siswa, saran yang diberikan yaitu guru melakukan pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar dan karakteristik siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran ini dilakukan agar siswa dapat memahami materi dengan lebih mendalam dan mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Dengan menyesuaikan pembelajaran sesuai gaya belajar, siswa akan merasa lebih nyaman dan termotivasi, yang pada akhirnya meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga membantu guru dalam mengelola keragaman di kelas dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Strategi ini memungkinkan semua siswa, terlepas dari perbedaan gaya belajar, untuk mengakses dan memahami materi secara efektif. Penyesuaian ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep siswa, tetapi juga mendukung pengelolaan kelas yang lebih dinamis dan produktif.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â