Komunikasi adalah proses penting dalam interaksi manusia. Orang yang menerima pesan disebut komunikan. Komunikasi adalah proses penting dalam interaksi manusia, dan memahami karakteristik komunikan sangat penting karena faktor-faktor ini mempengaruhi cara informasi diterima, diproses, dan dipahami. Karakteristik komunikan mencakup berbagai aspek seperti latar belakang sosial, budaya, pendidikan, pengalaman hidup, sikap, dan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi cara orang merespons pesan. Sangat penting untuk memahami karakteristik komunikan karena mereka mempengaruhi cara informasi diterima, diproses, dan dipahami. Karakteristik komunikan mencakup berbagai hal seperti latar belakang sosial, budaya, pendidikan, pengalaman hidup, sikap, dan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi cara orang merespons pesan.
Karakteristik komunikan mengalami perubahan yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman, terutama dalam era digital yang ditandai dengan dominasi teknologi informasi dan media sosial. Dalam psikologi komunikasi, karakteristik psikologis individu seperti kepribadian, emosi, dan motivasi memainkan peran penting dalam proses komunikasi. Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, misalnya, mengemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga komponen utama: Id, Ego, dan Superego. Id merupakan bagian dari kepribadian yang berisi dorongan-dorongan dasar, Ego berperan sebagai mediator yang berhubungan dengan realitas, dan Superego merepresentasikan nilai-nilai moral dan etika (Freud, 1933).
Dengan kemajuan teknologi, sifat komunikan menjadi semakin kompleks. Komunikasi menjadi lebih dinamis karena masyarakat di seluruh dunia semakin terhubung. Ini disebabkan oleh keanekaragaman latar belakang sosial dan budaya yang ada. Akibatnya, memahami sifat komunikan sangat penting untuk berbagai bidang, seperti pendidikan, pemasaran, politik, dan komunikasi sosial. Komunikator yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pesan mereka dengan individu yang mereka hadapi. Misalnya, dalam pemasaran digital, memahami perilaku, demografi, dan psikografis pengguna media sosial sangat penting untuk menyampaikan pesan yang tepat dan efektif. Untuk menyampaikan materi dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, guru dan pendidik di bidang pendidikan harus memahami latar belakang siswa mereka.
Keberhasilan proses komunikasi bergantung pada sifat manusia komunikan. Dalam komunikasi modern, baik dalam konteks personal maupun profesional, memahami karakteristik komunikan sangat penting untuk mencapai tujuan komunikasi yang efektif. Ini karena faktor-faktor seperti latar belakang sosial budaya, pendidikan, emosi, pengalaman, teknologi, dan usia memengaruhi cara seseorang memahami dan merespons pesan. Maka penelitian tentang karakteristik manusia komunikan dalam psikologi komunikasi sangat penting untuk berbagai bidang termasuk pendidikan, bisnis, dan kesehatan. Memahami bagaimana individu berkomunikasi dapat membantu dalam merancang intervensi yang lebih efektif, meningkatkan produktivitas tim, dan memperbaiki interaksi pasien-dokter (Littlejohn & Foss, 2011).
Dalam perspektif psikologi humanistik, individu dipandang sebagai makhluk yang berpotensi berkembang secara positif, dengan tujuan akhir mencapai aktualisasi diri. Perspektif ini menekankan pada kebutuhan dasar individu untuk dihargai dan diterima, serta pentingnya komunikasi yang empatik dan penuh perhatian untuk mendukung perkembangan individu.Â
Dalam konteks SNBT, siswa yang merasa didukung dan dihargai akan lebih mudah mengelola kecemasan yang muncul akibat tekanan ujian, sehingga mereka dapat mengoptimalkan potensi mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Rogers (1961), komunikasi yang penuh perhatian dan empati sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif individu.
Teori Humanistik dalam Psikologi Komunikasi memberikan pendekatan yang unik karena berfokus pada bagaimana individu memiliki kebutuhan emosional dan motivasi untuk berkembang. Teori ini memiliki penekanan aspek manusiawi seperti kepercayaan diri, aktualisasi diri dan penerimaan diri. Ketiga aspek tersebut memiliki relevansi dengan bagaimana siswa menghadapi proses Ujian Tulis Berbasis Komputer (SNBT). Menurut Abraham Maslow, kebutuhan tertinggi dalam hierarki kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri. Saat siswa memperjuangkan SNBT dengan belajar bersungguh-sungguh, mengikuti les atau bimbel, siswa tersebut sedang melakukan aktualisasi diri dimana siswa berusaha mencapai potensi maksimal mereka baik secara akademik maupun dalam pengembangan diri. Â
Proses aktualisasi diri juga dilakukan pada tahap ini karena dalam persiapan SNBT karena siswa tidak hanya belajar untuk mendapatkan nilai tinggi tetapi juga mengenali kemampuan, minat, dan tujuan hidup mereka.Â
Salah satu ahli, Carl Rogers menekankan pentingnya konsep diri. Dalam konteks SNBT konsep diri positif terjadi pada siswa yang percaya pada kemampuan mereka cenderung lebih termotivasi dan mampu menghadapi tantangan lebih baik. Selain diri sendiri, guru, orang tua, atau mentor yang memberikan dukungan tanpa syarat (unconditional positive regard) membantu siswa merasa nyaman dan termotivasi. Teori humanistik juga menekankan bahwa motivasi intrinsik seperti aspirasi pribadi dan keinginan untuk belajar karena minat lebih efektif mendorong siswa persiapan SNBT dibandingkan motivasi ekstrinsik.Â
Teori humanistik menyatakan bahwa cara siswa memiliki pandangan SNBT lebih positif akan mempengaruhi kinerja mereka karena mereka akan melihat SNBT sebagai peluang untuk berkembangan cenderung lebih santai dan percaya diri dibandingkan siswa yang melihat SNBT sebagai ancaman. Dengan pendekatan humanistik, siswa tidak hanya fokus pada hasil akhir (nilai SNBT), tetapi juga pada proses pengembangan diri. Dukungan emosional, motivasi, dan pembelajaran yang bermakna menjadi kunci utama untuk menghadapi SNBT dengan sukses