Mohon tunggu...
Bilma alfatah
Bilma alfatah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Jakarta Prodi Jurnalistik

Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Jurnalistik yang sedang suka membaca buku maupun artikel yang ada di media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Edukatif dan Advokatif dalam Dakwah Islami

2 Juli 2024   00:02 Diperbarui: 2 Juli 2024   00:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin dan Bilmantassya Alfatah Rahmat

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tujuan dakwah menyebutkan, "Hendaklah ada di antara kamu sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, mengajak kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Ayat lain juga menyebutkan, "Kalian adalah umat terbaik yang diciptakan untuk manusia, karena kalian mengajak kepada yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3: 110).

Nabi Muhammad mengajarkan teknik untuk mencapai tujuan dakwah, "Barangsiapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, ada tiga tujuan utama berdasarkan isi pesan: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, ada juga tujuan edukatif dan advokatif. Kelima tujuan retorika ini berhubungan dengan tujuan dakwah, yaitu amar makruf dan nahi mungkar, yang mencakup aspek informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif.

Dari segi penyampaian pesan, retorika memiliki dua tujuan utama: monologis dan dialogis. Monologis adalah gaya bicara satu arah, seperti dalam pidato, ceramah, dan khutbah. Dialogis adalah gaya bicara dua arah, melibatkan interaksi dengan pendengar.

Dalam banyak riwayat dakwah Nabi, terdapat banyak contoh dakwah dialogis. Dalam kitab Fathush Shamad, Ibnu Umar menceritakan bahwa dalam satu perjalanan bersama Rasulullah, seorang Arab pedalaman mendekat. Nabi bertanya kepadanya, "Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang itu menjawab, "Hendak pulang ke keluargaku". Nabi kemudian bertanya apakah dia menginginkan kebaikan dan menjelaskan tentang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Orang itu menanyakan bukti, dan Nabi menunjukkan mukjizat dengan pohon yang bersaksi.

Kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah oleh Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menuliskan kisah keislaman Abu Bakar yang diawali dari mimpi. Abu Bakar bermimpi melihat matahari dan bulan di kamarnya, yang dia dekati dan ikat dengan surbannya. Saat terbangun, Abu Bakar mencari seorang pendeta Nasrani untuk menafsirkan mimpinya. Pendeta itu meramalkan kedatangan Nabi Muhammad dan menggambarkan sifat-sifatnya, yang membuat Abu Bakar ingin bertemu Nabi dan akhirnya masuk Islam.

Dalam kitab yang sama, ada riwayat dari Abu Dzar al-Ghifari yang bertanya kepada Nabi tentang amalan yang mendekatkannya ke surga dan menjauhkannya dari neraka. Nabi menjawab agar setelah melakukan kejelekan, dia segera melakukan kebaikan. Abu Dzar bertanya apakah kalimat "Laa Ilaaha Illaahu" termasuk kebaikan, dan Nabi menjawab bahwa itu adalah kebaikan terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun