Mohon tunggu...
Bellarmino Avadhuta
Bellarmino Avadhuta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kolese Kanisius

Pelajar SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Momok Pengangguran di Tengah Kemajuan Teknologi yang Pesat

6 November 2024   12:00 Diperbarui: 6 November 2024   12:03 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap pagi di sudut-sudut kota besar, terlihat antrian panjang orang-orang muda mencari pekerjaan. Dengan berkas lamaran di tangan, mereka berkeliling dari satu kantor ke kantor lain, berharap ada lowongan yang sesuai. Sayangnya, banyak dari mereka harus pulang dengan kecewa karena lapangan pekerjaan yang terbatas. 

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, pengangguran menjadi momok yang terus menghantui kehidupan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Angka pengangguran yang terus meningkat menjadi cerminan masalah mendalam dalam sistem ekonomi dan kebijakan publik di Indonesia.

Di tengah tantangan yang dihadapi generasi muda dalam mencari pekerjaan, penting untuk memahami berbagai faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini. Kurangnya keterampilan yang relevan menjadi salah satu penyebab utama, di mana banyak lulusan baru tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. 

Hal ini diperparah oleh persaingan yang ketat di pasar kerja, terutama untuk posisi entry-level, di mana jumlah lulusan baru terus meningkat tanpa diimbangi dengan pertumbuhan lowongan pekerjaan yang memadai. 

Dalam konteks ini, penting untuk mempertimbangkan peran pendidikan vokasi sebagai salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program pelatihan vokasional, seperti kartu pra-kerja, tantangan yang dihadapi masih sangat besar. 

Keterlibatan dunia usaha dalam pelatihan vokasi juga menjadi kunci untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam mencari pekerjaan, penting untuk menganalisis bagaimana situasi ini berbeda di negara-negara lain dan apa yang dapat dipelajari dari pengalaman mereka.

 Situasi pengangguran di Indonesia menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan negara-negara maju seperti Jerman. Di Jerman, pemerintah dan perusahaan swasta secara aktif bekerja sama dalam program pelatihan vokasional yang menghubungkan lulusan sekolah dengan lapangan pekerjaan yang relevan. Sementara di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengembangkan program kartu pra-kerja, tantangan yang dihadapi jauh lebih besar. 

Kurangnya akses terhadap pelatihan yang memadai, ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan industri, serta minimnya lapangan pekerjaan berkualitas menjadi hambatan signifikan yang belum terselesaikan. Salah satu isu mendasar dalam pendidikan vokasi di Indonesia adalah ketimpangan antara kurikulum yang diajarkan dan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.

 Banyak lembaga pendidikan vokasi, terutama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), masih mengandalkan kurikulum yang terlalu teoritis dan tidak cukup responsif terhadap perkembangan terbaru dalam industri. Perbedaan ini mencerminkan tantangan yang lebih kompleks di Indonesia, di mana lulusan tidak hanya menghadapi persaingan yang ketat, tetapi juga kesenjangan antara keterampilan yang mereka miliki dan kebutuhan industri yang terus berkembang. 

 Bayangkan seorang lulusan universitas yang baru saja menyelesaikan pendidikannya dengan prestasi gemilang, namun menghadapi kenyataan pahit ketika masuk ke dunia kerja. Dengan ijazah di tangan, ia melamar ke berbagai perusahaan, tetapi hanya berujung pada penolakan karena minimnya pengalaman atau kurangnya keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri modern. 

Di satu sisi, ia merasa sudah melakukan semua yang diperlukan dalam pendidikan formal. Namun, tuntutan pasar kerja berubah begitu cepat, terutama dengan kemajuan teknologi yang menggeser banyak pekerjaan tradisional. Pengangguran bagi lulusan baru seperti ini menjadi realita yang menakutkan, di mana pendidikan formal seakan tidak lagi cukup sebagai modal untuk terjun ke dunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun