Lebaran tahun ini terasa berbeda. Biasanya, saya akan menghabiskan waktu di Puncak, Bogor, mengikuti kegiatan gereja yang sudah menjadi rutinitas tahunan.
Sejuknya udara pegunungan, riuhnya kebersamaan dalam ibadah, semua itu menjadi bagian dari kenangan yang selalu saya nanti.
Namun, tahun ini takdir membawa saya ke arah yang lain---sebuah perjalanan tak terduga ke sebuah desa di pelosok Sulawesi Tengah.
Perjalanan ini berawal dari sebuah ajakan. Pastor Joshua Low, seorang pendeta dari Malaysia, mengundang saya ke Desa Korowou di Morowali Utara.
Awalnya, saya bertanya-tanya, ada apa di sana? Namun, saya segera mengerti. Istri Pastor Joshua, Ibu Etmi Taungke, sedang berada di desa tersebut bersama ayahnya, Pendeta Singgo Taungke.
Mereka menjadi bagian penting dalam kisah hidup dan pelayanan Pastor Joshua, yang tengah saya tulis dalam sebuah buku biografi.
Saya diminta untuk bertemu mereka, mendengar langsung cerita yang belum terungkap, menyelami lebih dalam perjalanan hidup sang pendeta.
Maka, pada Selasa, 1 April, saya memulai perjalanan saya. Dari rusun Pasar Rumput, saya menuju Stasiun Manggarai, lalu menaiki KA Bandara pukul 19.00.
Malam masih muda, namun saya sengaja berangkat lebih awal agar tak dikejar waktu.
Penerbangan saya ke Palu dijadwalkan pukul 02.30 WIB, dan saya tak ingin ada kejutan yang membuat saya tertinggal.