Sore ini, ketika sedang menyusuri sebuah taman di Jakarta Pusat, saya dikejutkan dengan kehadiran seekor kupu-kupu - sebuah momen indah yang langkah.
Kupu-kupu, dengan keindahan dan perannya sebagai penyerbuk, merupakan indikator penting kesehatan ekosistem.
Namun, di Jakarta, keberadaan kupu-kupu semakin jarang terlihat terutama di taman-taman kota.
Penurunan populasi kupu-kupu di Jakarta telah menjadi perhatian para peneliti dan pemerhati lingkungan.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Biodiversitas mencatat bahwa hanya 50 jenis kupu-kupu yang menghuni ruang hijau yang tersisa di Jabodetabek, dengan Jakarta memiliki keragaman paling sedikit dibandingkan kota-kota sekitarnya seperti Depok dan Bogor.
Selain itu, penelitian yang dilakukan di empat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta, yaitu Hutan Kota Ragunan, Hutan Kota Munjul, Taman Tabebuya, dan Taman Dadap Merah, selama periode Desember 2023 hingga Maret 2024, menemukan hanya 101 individu dari 20 jenis kupu-kupu.
Data di atas menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan beberapa dekade lalu, di mana kupu-kupu lebih mudah ditemukan di berbagai area hijau di Jakarta.
Faktor-faktor Penurunan Populasi Kupu-kupu
Kupu-kupu semakin jarang terlihat di taman-taman kota karena beberapa alasan ilmiah yang berkaitan dengan perubahan lingkungan dan aktivitas manusia.
Pertama, kehilangan habitat. Urbanisasi yang masif di Jakarta telah menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH), yang merupakan habitat alami bagi kupu-kupu.